Ki-demang.com : Candi

Sejarah :

Sumur songo merupakan peninggalan purbakala berupa 9 buah sumur kuno. Sumur ini terbuat dari tatanan batu2 andesit dengan ukuran bujur sangkar berukuran sekitar 1 x 1 m dengan kedalaman antara 3 sampai 4 m. Sumur2 ini letaknya berjarak cukup jauh satu sama lain dan tersebar di beberapa lokasi.

Sumur pertama berada paling dekat dan paling mudah dijangkau. Di sumur ini berada terdapat sebuah makam kuno yg dikeramatkan oleh penduduk sekitar yaitu Makam Kyai Modjo. Batu2 penyusun sumur ini sudah agak berantakan dan sumur berbentuk bujur sangkar dengan kedalaman sekitar 2 m.

Sumur kedua berjarak sekitar 3 m dari sumur pertama. Kondisi sumur kedua juga sudah berantakan dengan bentuk bujur sangkar dari tatanan batu2 andesit. Kedalaman sumur ini sekitar 2 m.

Sumur ketiga berjarak cukup jauh dari sumur 1 dan 2 yaitu sekitar 50 m. Keadaan sumur ketiga masih cukup baik dengan bentuk bujur sangkar yg terbuat dari batu andesit. Sumur ketiga memiliki kedalaman yg cukup dalam dibandingkan sumur 1 dan 2 yaitu sekitar 4 m.

Sumur keempat hanya berjarak sekitar 2 m dari sumur ketiga, sumur ini lebih kecil dengan ukurannya dibandingkan sumur 1 s/d sumur 3. Dengan bentuk bujur sangkar dari tatanan batu andesit dengan kedalaman sekitar 3 m.

Sumur 5 berjarak sangat jauh dari sumur 1 s/d 4 yaitu berada di sebuah hutan diseberang sungai . Lokasi sumur 5 berada dibawah sebuah pohon besar dan suasana sekitar yang gelap karena rimbunnya pepohonan besar yg menaungi. Sumur ini juga berbentuk bujur sangkar dari tatanan batu andesit. Kedalaman sumur sekitar 4 m dan penduduk sekitar memanfaatkan sumur ini untuk diambil airnya.

Sumur 6 berada sekitar 10 m dari sumur 4 dan untuk menuju sumur ini harus melewati rimbunnya hutan dan menyeberang sungi kecil. Sumur 6 kondisinya masih baik tetapi sudah disemen, pada bagian tengah dari badan sumur terlihat susunan batu-batu andesit. Kedalaman sumur ini sekitar 4 m.

Sumur 7 berada sekitar 15 m dari sumur 6. Kondisi sumur ini tidak jauh berbeda dengan sumur modern dikarenakan sudah disemen dan tidak nampak bentuk aslinya. Tetapi kalau anda menengok ke dalam sumur masih terlihat susunan batu2 andesit didasar badan sumur. Sumur ini diberi nama salah seorang dari wali Songo.

Sumur 8 berada sekitar 6 m dari sumur 7. Kondisi sumur juga sudah disemen dan tidak nampak bentuk aslinya.Tetapi kalau anda menengok ke dalam sumur masih terlihat susunan batu2 andesit didasar badan sumur. Sumur ini juga diberi nama salah seorang dari wali Songo.

Penjelajahan saya di situs sumur songo belum usai, dikarenakan baru 8 buah sumur saja yg berhasil saya temukan. Menurut penduduk sekitar sumur 9 berada cukup jauh dari ke 8 sumur ini yaitu di desa Candirejo. Mungkin lain waktu akan saya cari keberadaaannya.

SUMUR SONGO (Krikil, Kidul, Sukuh, Suko, Sindang Prompong, Sendang Songo, Sindang Beji, Bungulan, Lor)2
Administrative localization:

Candi Kidul, Candi Gatak, Cepogo, Boyolali, JT.

Geographical localization:

07° 29' 54.9" S3
110° 33' 26.0" E
Precision: 28m
Alt.: 615m

Surroundings:

In the upper middle land, on the eastern slope of Mount Merapi. In the canyon of the small sungai Jurang, a tributary of the Pule River.

Religion: Hindu.
Main features: Pits.
State of preservation: Seven of the 8 pits are preserved more or less in their original state, though in their upper parts numerous stone are re-used from other structures. The eighth pit has been covered by concrete. The temple has disappeared.

Description:

The site is composed of eight pits made out of temple stones, scattered along the small sungai Jurang.
Earlier, remains of a temple were visible on the hill above the pits, on the western bank of the river. This temple is called Soekoh by Verbeek and Lor by Bosch (Bosch 1915a: 97; Verbeek 1891: 194).
In an earlier description, dated 1841, Van der Vlis mention the existence of three heaps of stones (two being in a line, another to the west). At least one of them would have the entrance on the western side. (Van der Vlis, quoted in Krom 1925a: 175)
The lower part of these pits is partly excavated from the natural rock, partly built. In their upper part, almost all the pits show a few reused blocks (mouldings, antefixes).
The eastern most pit is made out of river stone and uses temple stones only in its upper part. Most of the temple stones are not in their original position, as they are mouldings or stone with small, un-carved antefixes. It is possible that this structure is not ancient.
Some 55m south to the west of the first pit, are two other wells. They are roughly on a east-west line, though they are not orientated around the cardinal points. The nearest to the river measures 70cm x 70, whereas the western structure is slightly wider, measuring 90cm x 90cm. In their upper parts, one can recognize unfinished antefixes, mouldings and even one lintel.
More or less 60m to the northwest is the only well preserved pit. None of its stone seem to be a reuse. Its outer edge looks like a temple base. The structure is 160m square outside, while the pit itself is 95m square.
25m to the north is a smaller pit, measuring 65cm x 78 cm. Fragments of mouldings are to be seen in its upper part.
Further to the east, one still encounters 3 other wells. The first one has been entirely covered by concrete. The two other pits have also been renewed, but temple stones are still visible in their lower parts.

Sculptures:
An Agastya was discovered among the remains of the temple, to the west of the pits (Bosch 1915a: 97).
Van der Vlis mentions two male figures, probably of śaivite character, one female sculpture and numerous carved stones with parrots, birds or tridents. All were found among the remains of the temple called Boengalan/Lor. In one of the pits would have been a relief showing.

Sumber : Candi Space and Landscape - Véronique Myriam Yvonne Degroot