Ki-demang.com : Galeria

Kaca Ngajeng

kaca-ngajeng


ikon-buku-tamu

Gambar Kayon

gambar-kayon

Gambar Wayang

wayang-aksara-a
wayang-aksara-b
wayang-aksara-c
wayang-aksara-d
wayang-aksara-e
wayang-aksara-g
wayang-aksara-h
wayang-aksara-i
wayang-aksara-j
wayang-aksara-k
wayang-aksara-l
wayang-aksara-m
wayang-aksara-n
wayang-aksara-p
wayang-aksara-r
wayang-aksara-s
wayang-aksara-t
wayang-aksara-u
wayang-aksara-w
wayang-aksara-y

Gambar Gamelan

gambar-gamelan

    Jumlah Pengunjung

1280524
  Hari ini     :  Hari ini :422
  Kemarin     :  Kemarin :259
  Minggu ini   :  Minggu ini :674
  Bulan ini   :  Bulan ini :9265
  s/d hari ini   :  s/d hari ini :1280524
Jumlah Kunjungan Tertinggi
10-28-2025 : 2326
Pengunjung Online : 6

Kontak Admin.

email-kidemang

Wayang Kelompok Aksara B

Bremani - Solo

 Bremani-Solo

BAMBANG BREMANI

Bambang Bremani adalah putra kedua Betara Brama dan saudara muda Bambang Bremana. Ketika Bambang Bremana akan dikawinkan dengan Dewi Srihunon, putri Betara Wisnu, ia menolak dan mina. supaya putri itu dikawinkan saja dengan Bambang Bremani. Permintaan dikabukan. Dewi Srihunon jadi diperistri oleh Bambang Bremani dan mendapat seorang putra, Bambang Parikenan. Tetapi sesudah mendapat putra itu, Dewi Srihunon dikembalikan kepada Betara Wisnu dengan alasan, bahwa Bambang Bremani tak bisa hidup bersama lagi dengan Dewi Srihunon.  ini kemudian diperistri oleh Bamban Bremana.

Bambang Bremani bermata jahitan, berhidung mancung, beroman muka tenang. Bersunting bentuk waderan, Berambut terurai gimbal (bergumpal gumpal).  Berselendang hal mana menandakan bahwa ia adalah seorang ksatria berjiwa pendeta. Berkain bentuk katongan (pakaian raja). Bercelana cindai. Kain katongan sebenarnya bukan kain dan lazim disebut dodot, yakni kain yang empat kali lebih lebar dari biasa. Berdandan dengan kain lebar ini disebut : dodotan. Bagian belakang dodot dilepaskan dan disebut kunca, seperti tampak pada gambar.

Di Surakarta dan Yogyakarta pakaian semacam ini digunakan oleh Pangeran (putra raja), tetapi diperkenanakan juga untuk digunakan sebagai pakaian mempelai. oleh karena sesorang yang menjadi mempelai diizinkan berpakaian sebagai raja.

Adapun pakaian mempelai yang dianggap sama dengan pakaian raja terdiri dari: kuluk (kopiah) Yang dibuat dari kain putih yang digerus hingga mengkilat, berwarna kebiru biruan tidak bernyamat bermata di atas. Kuluk semacam itu hanya untuk pakaian raja. Bercelana panjang tak berenda di bawah. Berkain dodot dengan melepaskan kunca. Jadi pakaian yang bersahaja itu malahan menjadi pakaian raja.

Demikian pula menurut adat dulu, mempelai laki-laki dan perempuan harus sisig, mewarnai hitam gigi mereka, sebab bergigi putih menandakan, bahwa seseorang masih jejaka atau perawan.

Yang digunakan untuk menghitam gigi adalah banyon, yakni cairan yang dibuat dari air kelapa, ke dalam mana dimasukkan besi tua, yang terlebih disukai ialah tapal kuda yang dibakar hingga merah, dan cairan itu dicampuri pula dengan bawang putih yang menjadikan banyon itu berbau tak enak sekali.

Cara memakainya: cairan banyon dioleskan di gigi dengan pelepah pisang yang dihancurkan pada ujungnya. Sebelum dioleskan pelepah itu dicelupkan lebih dahulu di majakan yang telah dibubuk halus.

Ada peribahasa gandheng kunca yang berarti, kunca dan dua orang yang berperang digandeng dengan maksud, supaya kedua orang yang berperang itu bisa dengan mudah menusuk. Tetapi kebanyakan orang salah mengartikan peribahasa itu dan mengibaratkan dua orang yang sangat karib dan bergandengan tangan.

Tusuk menusuk dari jarak dekat ini terdapat juga pada suku Bugis. Di mana dua orang yang berkelahi minta supaya diperbolehkan berkelahi di dalam sarung untuk memudahkan mereka tusuk menusuk.


Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982

 kds penutup
wangsul-manginggil

  • < 58 Bremana - Solo
  • 60 Bukbis - Solo >