Ki-demang.com : Galeria

Kaca Ngajeng

kaca-ngajeng


ikon-buku-tamu

Gambar Kayon

gambar-kayon

Gambar Wayang

wayang-aksara-a
wayang-aksara-b
wayang-aksara-c
wayang-aksara-d
wayang-aksara-e
wayang-aksara-g
wayang-aksara-h
wayang-aksara-i
wayang-aksara-j
wayang-aksara-k
wayang-aksara-l
wayang-aksara-m
wayang-aksara-n
wayang-aksara-p
wayang-aksara-r
wayang-aksara-s
wayang-aksara-t
wayang-aksara-u
wayang-aksara-w
wayang-aksara-y

Gambar Gamelan

gambar-gamelan

    Jumlah Pengunjung

1280526
  Hari ini     :  Hari ini :424
  Kemarin     :  Kemarin :259
  Minggu ini   :  Minggu ini :676
  Bulan ini   :  Bulan ini :9267
  s/d hari ini   :  s/d hari ini :1280526
Jumlah Kunjungan Tertinggi
10-28-2025 : 2326
Pengunjung Online : 11

Kontak Admin.

email-kidemang

Wayang Kelompok Aksara K

Kencakarupa - Solo

 Kencakarupa-Solo

KENCAKARUPA atau Kecaka (Mahabharata) adalah putra angkat Resi Palasara, dari padepokan Retawu, dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basukesti raja negara Wirata.
Kencakarupa tercipta dari kemudi perahu yang pecah terbentur batu besar, yang digunakan Resi Palasara dan Dewi Durgandini menyeberangi sungai Gangga.
Kencakarupa terjadi berbarengan dengan saudaranya yang lain, yaitu; Rajamala, Upakeca / Rupakeca, Setatama, Gendawana dan Dewi Ni Yutisnawati / Rekatawati.
Kencakarupa juga mempunyai tiga saudara angkat lainnya, yaitu;
Bagawan Abiyasa, putra Resi Palasara dengan Dewi Durgandini, Citragada dan Wicitrawirya, keduanya putra Dewi Durgandini dengan Prabu Santanu, raja negara Astina.
Kencakarupa berwatak keras hati, penghianat, ingin menangnya sendiri, berani dan selalu menurutkan kata hati.
Sangat sakti dan mahir dalam olah keprajuritan mempergunakan senjata gada dan lembing/tombak.
Akhir riwayatnya diceritakan, Kencakarupa tewas dalam peperangan melawan Bilawa/Bima karena bersama saudaranya Rupakenca, Setatama dan Gandawana melakukan pemberontakan untuk mengulingkan kekuasaan raja Wirata, Prabu Matswapati.


RADEN KENCAKARUPA

Raden Kencakarupa adalah saudara kembar Raden Rupakenca, putra Prabu Palasara dari perkawinannya dengan Dewi Kekayi, putri Prabu Kekaya dari negara Kencakrupa. Tetapi di dalam kias ia berasal dan katir perahu kendaraan Dewi Durgandini, putri Prabu Matswapati dan negara Wirata.

Ksatria ini pahlawan negara Wirata. Adalah menjadi sifatnya untuk menjunjung-junjung diri sendiri dan membanggakan kesaktiannya. Ia tewas di dalam peperangan dengan Raden Bratasena, saudara Pendawa yang kedua.

Tewasnya Raden Kencakarupa terasa oleh kerajaan Wirata karena kehilangan seorang pahlawan yang dipuja-puja oleh segenap penduduk Wirata. Tetapi menurut riwayatnya, ksatria itu sudah selayaknya lemah di dalam perang, disebabkan karena kesombongannya. Malahan secara batin orang-orang Wirata merasa bersyukur, bahwa Kencakarupa mati, oleh karena tingkah-lakunya menurut anggapan mereka hanya akan merendahkan derajat negara Wirata. Kesaktian dan keberanian itu takkan menguntungkan, sebaliknya malahan akan merugikan negara tersebut.

Tetapi oleh kehendak alam, kesaktian Kencakarupa dapat ditundukkan oleh kegagahan Raden Bratasena. Maka kekalahan pahlawan Wirata itu pun tak merugikan negara dan sebenarnya malahan menjunjung martabat negara Wirata.

Raden Kencakarupa bermata kedondongan, berhidung sembada, serba lengkap, berkumis, bergodheg (cambang), berambut bentuk kadal menek (seperti berkarung memanjat), dalam hal mana rambut dililit seerat-eratnya, lalu dililitkan pula ke sisir panjang yang disebut sisir plengkung (sisir panjang yang dilengkungkan) dari lilitan rambut pada sisir itulah yang dinamakan kadal menek.

Cara berdandan rambu demikian itu berlaku juga dulu di daerah Surakarta, ketika kaum laki-laki masih memelihara rambut panjang.

Cara memelihara rambut pada laki-laki lebih sukar daripada pada perempuan, karena gelung laki-laki dianggap lebih penting dan harus lebih rapi daripada gelung perempuan. Setiap hari rambut pria harus diminyaki sedemikian rupa, sehingga keluar minyaknya, kalau rambut itu diperes; Pangkal rambut diikat seerat-eratnya dengan tali yang disebut tali rambut yang dibuat dari benang hitam. Tetapi cara memelihara rambut yang demikiari hanyalah untuk para muda atau kaum tua yang tidak menggunakan ikat kepala. Mereka yang bekerja di lingkungan Kraton dulu harus memelihara rambut secara yang demikian itu. Malahan sewaktu masuk ke dalam Kraton, rambut harus dilepas dari kondenya yang dalam bahasa Jawa disebut ngore. Kencakarupa berjamang tiga susun bergaruda dan bersunting waderan. Berpraba, bergelang, berpontoh dan berkeroncong. Bercincin di jari manis.


Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982

 kds penutup
wangsul-manginggil

  • < 26 Kekayi - Solo
  • 28 Kenyawandu - Solo >