Wayang Kelompok Aksara S |
Samba - Solo |
RADEN SAMBA dikenal pula dengan nama Wisnubrata. RADEN SAMBA Raden Samba putra Prabu Kresna, raja negara Dwarawati, dari perkawinannya dengan permaisurinya, Dewi Jembawati. Ia seorang yang sangat elok roman mukanya, sehingga seorang orang yang elok roman mukanya sering diumpamakan bagusnya Seperti Samba. Samba bermuka mendongak (Jawa: nglangak), bersuara nyaring. Cakapnya memikat hati dan jenaka. Tetapi ia tidak berkesaktian. Kepandaian berbicara Samba sampai-sampai dapat melunakkan keteguhan hati bibinya, Dewi Wara Sembadra, hingga ia menyatakan setuju, ketika Wara Sembadra akan dikawinkan dengan Arjuna. Padahal sesungguhnya ia benci pada Arjuna. Suatu ketika Samba mendapat kesaktian, yakni ketika tanganya dirajah, diiris-iris oleh seorang pendeta. Tetapi kesaktiamya hanya berlaku sementara waktu. Samba adalah titisan Dewa Hyang Drema. Dewa ini beristrikan Dewi Dremi yang memang telah berjanji dengan Betara Drema untuk berjumpa di dunia sebagai suami-istri. Hyang Drema maksudnya akan menitis pada putra raja Dwarawati, Raden Samba. Tetapi Betari Dremi keliru. Setibanya di dunia ia mengikuti putra raja yang bernama Raden Bomanarakasura, selagi yang diikuti seharusnya Raden Samba. Setelah Raden Samba bertemu dengan Dewi Agnyanawati, titisan Dewi Dremi yang memang telah berjanji dengan Betara Drema untuk bertemu di dunia, pertemuan ini terhalang, oleh karena Dewi Agnyanawati berada di tangan Raden Bomanarakasura. Maka dibunuhlah Samba oleh Bomanarakasura. Badan Samba dicabik-cabik, hingga tak keruan lagi bentuknya. Sesudah Raden Samba mendapat rajah di tangan, ia menjadi sakti. Buktinya ia dapat mengalahkan raja raksasa yang sakti dan musuh musuh lainnya. Mengingat sifatnya yang sesungguhnya, maka pada waktu itu Raden Samba, atas kehendak dan keinginannya, oleh para Dewa telah dianugerahi dengan kesaktian. Tetapi kesaktian yang didapatnya itu bukan kesaktian yang wajar dan hanya bersifat sementara. Lagi pula Raden Samba memang bukan ksatria sakti. Sehilangnya kesaktiannya yang sementara itu, menjadilah ia Raden Samba biasa lagi. Dan contoh ini bisa ditarik kesimpulan, bahwa manusia dapat mendasarkan perbuatannya pada budi pekerti yang salah. Meskipun hasil perbuatannya terbatas sifatnya, namun dalam pokoknya telah dipetik buah dan pekerti sendiri dan ada baiknya dicatat dalam hubungan ini, bahwa berbeda dengan pekerti yang salah pekerti yang baik dan lurus menghasilkan buah yang lebih dapat dinikmati. Wajah Raden Samba tergolong yang sebagus-bagusnya, sehingga menjadi kiasanlah, bahwa muka laki-laki bagus dan mendongak adalah seperti Samba pradan, seperti wayang kulit Samba yang bercat prada. Raden Samba bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka mendongak, menandakan, bahwa suaranya enteng nyaring. Bersanggul kadal menek, dihias dengan garuda membelakang. Bersunting kembang kluwih. Berkalung putran. Bergelang, berpontoh dan berkeroncong. Berkain bokongan putran (bentuk pakaian seorang putra raja). Samba berwanda: 1. Sembada, 2. Bontit dan 3. Banjet. Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982 |