Ki-demang.com : Galeria

Kaca Ngajeng

kaca-ngajeng


ikon-buku-tamu

Gambar Kayon

gambar-kayon

Gambar Wayang

wayang-aksara-a
wayang-aksara-b
wayang-aksara-c
wayang-aksara-d
wayang-aksara-e
wayang-aksara-g
wayang-aksara-h
wayang-aksara-i
wayang-aksara-j
wayang-aksara-k
wayang-aksara-l
wayang-aksara-m
wayang-aksara-n
wayang-aksara-p
wayang-aksara-r
wayang-aksara-s
wayang-aksara-t
wayang-aksara-u
wayang-aksara-w
wayang-aksara-y

Gambar Gamelan

gambar-gamelan

    Jumlah Pengunjung

1280581
  Hari ini     :  Hari ini :479
  Kemarin     :  Kemarin :259
  Minggu ini   :  Minggu ini :731
  Bulan ini   :  Bulan ini :9322
  s/d hari ini   :  s/d hari ini :1280581
Jumlah Kunjungan Tertinggi
10-28-2025 : 2326
Pengunjung Online : 6

Kontak Admin.

email-kidemang

Wayang Kelompok Aksara S

Setyawati - Solo
 Setyawati-Solo

DEWI SETYAWATI (PUJAWATI)

Dewi Setyawati anak seorang pendeta raksasa, Begawan Bagaspati.

Sebelum bernama Setyawati, ia bernama Pujawati, karena asal jadinya dari pujaan Sang Begawan. Dewi Pujawati diperistri Raden Narasoma yang kemudian menjadi raja negara Mandraka. Tetapi kemudian Narasoma merasa malu mempunyai seorang raksasa sebagai niertua. Maka Narasoma pun berkata kepada Pujawati, bahwa perjodohan mereka bisa berlangsung, bila Sang Begawan bersedia dibunuh. Sang Begawan menyatakan tak keberatannya dan dibunuhlah ia oleh Narasoma.

Pada saat itu terdengarlah suara, “Dengarkan, Narasoma. Di dalam perang Baratayuda kamu akan mati terbunuh oleh seorang raja yang bertabiat kasih sayang terhadap sesama makhluk.” Yang dimaksud ialah Prabu Yudistira.

Karena kesetiannya pada suaminya, nama Pujawati kemudian diganti dengan Setyawati.

Tersebut di dalam cerita, putri ini, hingga ia berputra lima orang, tak pernah bertengkar dengan Prabu Salya dan suami-istri hidupnya terus saja seperti pengantin baru.

Di dalam perang Beratayuda, sesudah Prabu Salya tewas, Dewi Setyawati menyusul ke medan perang. Ketika ia menemukan jenazah Sang Prabu, bunuh dirilah Sang Dewi di Sisi jenazah itu.

Setyawati bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka tenang. Berjamang, bersanggul keling, sebagian rambut terurai, bersunting waderan. Tak berhias serba keemasan. Pakaiannya bersahaja, menandakan ia jauh dari keinginan-keinginan duniawi.


Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982

 kds penutup
wangsul-manginggil

  • < 37 Setyaki - Solo
  • 39 Singa Singa - Solo >