Ki-demang.com : Galeria

Kaca Ngajeng

kaca-ngajeng


ikon-buku-tamu

Gambar Kayon

gambar-kayon

Gambar Wayang

wayang-aksara-a
wayang-aksara-b
wayang-aksara-c
wayang-aksara-d
wayang-aksara-e
wayang-aksara-g
wayang-aksara-h
wayang-aksara-i
wayang-aksara-j
wayang-aksara-k
wayang-aksara-l
wayang-aksara-m
wayang-aksara-n
wayang-aksara-p
wayang-aksara-r
wayang-aksara-s
wayang-aksara-t
wayang-aksara-u
wayang-aksara-w
wayang-aksara-y

Gambar Gamelan

gambar-gamelan

    Jumlah Pengunjung

1280623
  Hari ini     :  Hari ini :521
  Kemarin     :  Kemarin :259
  Minggu ini   :  Minggu ini :773
  Bulan ini   :  Bulan ini :9364
  s/d hari ini   :  s/d hari ini :1280623
Jumlah Kunjungan Tertinggi
10-28-2025 : 2326
Pengunjung Online : 47

Kontak Admin.

email-kidemang

Wayang Kelompok Aksara S

Suryatmaja Solo
 Suryatmaja-Solo

 

RADEN SURYATMAJA / RADEN SURYAPUTRA

Raden Suryaputra putra Dewi Kunti yang didapatnya dari Betara Surya secara yang gaib. Ketika Dewi Kunti masih gadis, ia mendapat ilmu dari seorang pendeta, Begawan Drumasa. Ia yang memiliki ilmu itu pantang mengucapkannya, di kala ia kena sinar matahari. Tetapi Dewi Kunti khilaf dan menyalahi pantangan itu. Maka hamillah Dewi Kunti. Dengan pertolongan dan kesaktian Begawan Druwasa, bayi dalam kandungan dapat dikeluarkan dan telinga (Bahasa Kawinya telinga: Karna). Setelah dewasa, anak itu bernama Karna juga. Cerita lain mengatakan, bahwa ketika Karna dilahirkan. di kedua daun telinganya terdapat anting-anting. Maka diberilah Ia nama Karna (Karna berarti kuping).

Karna diaku anak angkat oleh Hyang Surya dan oleh karenanya ia

disebut juga Suryaputra, putra Hyang Surya.

Karna, berdasarkan kelahirannya yang paling dulu, terhitung Pendawa yang tertua. Waktu mudanya roman muka Karna seperti Pamade.

Begitu ia dilahirkan, Karna dibuang, diketemukan oleh Prabu Radea, raja negara Petapralaya, diaku anak oleh raja itu dan diberi nama Radeaputra.

Pada waktu sudah dewasa, Radeaputra berkenalan dengan putri raja Mandraka, Dewi Surtikanti, ini diketahui oleh Raden Pamade dan menyebabkan terjadinya perang antara Karna dan Pamade, di dalam perang mana Karna terluka pada pelipisnya. Pada saat Pamade hendak membunuh Karna, turunlah Hyang Narada dari Kahyangan, memisah mereka dan menerangkan kepada Pamade, bahwa Karna adalah saudara tua Pamade sendiri dan bahwa seharusnya Pamade membantu terjadinya perkawinan antara Karna dan Surtikanti. Pada kesempatan ini, Hyang Narada menghadiahkan pula kepada Karna sebuah mahkota untuk menutupi luka di pelipisnya. Sejak saat itu berganti rupalah Karna, karena bermahkota.

Pamade dan Karna bersama-sama pergi ke Awangga dan membunuh raja rakasa Awangga, Prabu Kalakarna yang mencuri Dewi Surtikanti. Surtikanti kemudian dihadiahkan kepada Karna untuk dijadikan istrinya dan bertakhtalah Karna di Awangga dengan gelar dipati Awangga. Adipati adalah pangkat yang hampir sama dengan raja.

Karna ksatria sakti dan mempunyai senjata, bernama Kunta Wijayadanu.

Dalam perang Baratayuda, Karna berperang melawan saudaranya sendiri, Arjuna dan tewas sebagai ksatria di dalam perang.

Matinya Adipati Karna di dalam Perang Baratayuda umumnya dianggap sehagai mati utama, oleh karena ia mati dalam membela negara Astina, untuk negara mana ia menunjukkan kesetiaannya sampai mati, sekalipun harus berperang menghadapi saudara sendiri.

Tauladan keutamaan Adipati Karna ini dikarang oleh Kanjeng Gusti Pangeran Arie Adipati Mangkunegara IV di dalam buku Tripama, untuk digunakan sebagai bimbingan bagi kerabat dan tentara Mangkunegaran.

Adipati Karna bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka mendongak. Bermahkota bentuk topeng, berjamang tiga susun dengan garuda membelakang, dan bersunting kembang kluwih. Berpraba, bergelang, berpontoh, dan berkeroncong. Berkain bokongan raton. Karna berwanda: Bledru dan Lontang.


Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982

 kds penutup
wangsul-manginggil

  • < 66 Surya - Solo
  • 68 Suryawati - Solo >