Wayang Kelompok Aksara T |
Togog - Banyumas |
TOGOG Togog adalah wayang yang digunakan di dalam lakon apapun juga di pihak raksasa. Ia menjadi penunjuk jalan pada waktu raksasa yang diikutinya bertugas di luar negara. Pengetahuan Togog akan jalan didapatnya karena sebagai hamba ia pernah mengikuti majikannya, ketika pergi ke negara-negara lain. Togog tidak mempunyai kesetiaan dan selalu berpindah dari majikan yang satu ke majikan yang lainnya. Maka itu sesecrang yang tak setia pada pekerjaannya dan selalu berganti majikan, sering juga disebut seorang Togog. Suara Togog besar. Cara membawakan suara demikian ialah dengan bersuara besar di leher. Di mana Togog menghamba, ia disayang dan dipercaya oleh majikannya, sampai-sampai ia dipercaya untuk memberangkatkan tentara yang bertugas ke luar negara. Waktu Togog mendapat perintah untuk memberangkatkan tentara, dalang pun menyampaikan ucapan berikut: Tersebutlah lurah Wijayamantri (Togog) telah tiba di tempat para raksasa berkumpul dan ia pun memerintahkan kepada Klek-engklek Balung atandak, supaya bersiap-siap berjalan ke negara Anu, tetapi perintahnya tak kedengaran dan naiklah ia ke panggung dan memukuli sesuatu barang untuk memberi tanda. Barang yang dipukuli untuk memberi tanda ialah: genta, keleleng, gubar, beri dan lonceng agung sebesar lumbung, setelah dipalu kedengaran hingga sejauh seperempat jam jalan. Raksasa-raksasa yang sedang bepergian dan mendengar tanda suara itu segera kembali dan bersiap siaga dengan senjata dan kendaraan. Yang menjadi kendaraan raksasa ialah senuk, memreng, blegdaba, bihal, badak dan singa yang kesemuanya itu membikin orang ketakutan. Ucap Engklek-engklek Balung tandak, “Ayo kawan, berdandanlah, kita pergi ke negara Anu.” Kawan-kawan menyambut, “ Ikutlah, ikutlah. Jangan sampai ketinggalan prabot kita: tekor tempat darah dan pisau pemotong hati.” Riuhlah suara raksasa-raksasa bercampur suara binatang-binatang kendaraan seperti bunyi guruh di musim keempat. Lurah Widyamantri turun dari panggung dan menghadap majikannya. Bragalba bertanya, apakah Lurah Widyamantri sudah mengundangkan, supaya semua raksasa bersiap. Jawab Widyamantni, “Sudah Kyai, setiap saat bisa berangkat. Bragalba, “Marilah berangkat, selagi waktu masih pagi.” Jawab: Mari, mari kita berangkat. Gamelan berhenti. Berkata Togog kepada Bilung, “Bilung, bagaimana ini. Katanya tadi diangkat sebagai pemimpin. Bagaimana aku bisa memimpin sampai ke negara yang dituju, kalau semua orang mau tinggal di belakang.” Tetapi Togog dan Bilung menyusul jua. Togog bermata keran (juling), berhidung pesek (Jawa: pipih), bermulut mrongos (jongang), tak bergigi, berkepala botak, hanya berambut sedikit di tengkuk. Bergelang. Berkain slobog (nama batik). Berkeris dan berwedung. Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982 |