Ki-demang.com : Candi

Kaca Ngajeng Candhi

ikon-kaca-ngajeng
 

ikon-buku-tamu

candi-prov-yogyakarta

candi-sleman
candi-bantul
candi-gunung-kidul
candi-kulon-progocandi-kota-yogyakarta


 candi-prov-jawa-tengah
candi-klaten
candi-magelang
candi-boyolali
candi-temanggung
candi-kabupaten-semarang
candi-banyumas
candi-wonosobo
candi-kota-semarang
candi-kendal
candi-banjarnegara
candi-batang
candi-pemalang
candi-tegal
candi-brebes
candi-purwodadi
candi-kudus
candi-purworejo
 candi-purbalingga
candi-kebumen

    Jumlah Pengunjung

0433383
  Hari ini     :  Hari ini :185
  Kemarin     :  Kemarin :122
  Minggu ini   :  Minggu ini :739
  Bulan ini   :  Bulan ini :1774
  s/d hari ini   :  s/d hari ini :433383
Pengunjung Online : 2

Kontak Admin.

email-kidemang

44 Mendut

candi mendut wiki01

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c7/Mendut_Temple_Afternoon.jpg

 

candi mendut pnri01

http://candi.pnri.go.id/jawa_tengah_yogyakarta/mendut/image/mendut1.jpg

 

Candi Mendut terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa barat, sekitar 38 km ke arah barat laut dari Yogyakarta. Lokasinya hanya sekitar 3 km dari Candi Barabudhur, yang mana Candi Buddha ini diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan Candi Pawon dan Candi Mendut. Ketiga candi tersebut terletak pada satu garis lurus arah utara-selatan.

Belum didapatkan kepastian mengenai kapan Candi Mendut dibangun, namun J.G. de Casparis menduga bahwa Candi Mendut dibangun oleh raja pertama dari wangsa Syailendra pada tahun 824 M. Dugaan tersebut didasarkan pada isi Prasasti Karangtengah (824 M), yang menyebutkan bahwa Raja Indra telah membuat bangunan suci bernama Wenuwana. Casparis mengartikan Wenuwana (hutan bambu) sebagai Candi Mendut. Diperkirakan usia candi Mendut lebih tua daripada usia Candi Barabudhur.

 

candi mendut pnri02

http://candi.pnri.go.id/jawa_tengah_yogyakarta/mendut/image/mendut2.jpg

 

Candi ini pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1836. Seluruh bangunan candi Mendut diketemukan, kecuali bagian atapnya. Pada tahun 1897-1904, pemerintah Hindia Belanda melakukan uapaya pemugaran yang pertama dengan hasil yang cukup memuaskan walaupun masih jauh dari sempurna. Kaki dan tubuh candi telah berhasil direkonstruksi. Pada tahun 1908, Van Erp memimpin rekonstruksi dan pemugaran kembali Candi Mendut, yaitu dengan menyempurnakan bentuk atap, memasang kembali stupa-stupa dan memperbaiki sebagian puncak atap. Pemugaran sempat terhenti karena ketidaktersediaan dana, namun dilanjutkan kembali pada tahun 1925.

 

candi mendut pnri03

http://candi.pnri.go.id/jawa_tengah_yogyakarta/mendut/thumbnail/mendut10.jpg

 

Candi Mendut memiliki denah dasar berbentuk segi empat. Tinggi bangunan seluruhnya 26,40 m. Tubuh candi Buddha ini berdiri di atas batur setinggi sekitar 2 m. Di permukaan batur terdapat selasar yang cukup lebar dan dilengkapi dengan langkan. Dinding kaki candi dihiasi dengan 31 buah panel yang memuat berbagai relief cerita, pahatan bunga dan sulur-suluran yang indah.

Di beberapa tempat di sepanjang dinding luar langkan terdapat jaladwara atau saluran untuk membuang air dari selasar. Jaladwara terdapat di kebanyakan candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta, seperti di Candi Barabudhur, Candi Banyuniba, Candi Prambanan dan di Situs Ratu Baka. Jaladwara di setiap candi memiliki bentuk yang berbeda-beda.

Tangga menuju selasar terletak di sisi barat, tepat di depan pintu masuk ke ruangan dalam tubuh candi. Pintu masuk ke ruangan dalam tubuh candi dilengkapi dengan bilik penampil yang menjorok keluar. Atap bilik penampil sama tinggi dan menyatu dengan atap tubuh candi. Tidak terdapat gapura atau bingkai pintu pada dinding depan bilik penampil. Bilik itu sendiri berbentuk lorong dengan langit-langit berbentuk rongga memanjang dengan penampang segi tiga.

 

candi mendut pnri04

http://candi.pnri.go.id/jawa_tengah_yogyakarta/mendut/image/mendut4.jpg

 

candi mendut pnri05

http://candi.pnri.go.id/jawa_tengah_yogyakarta/mendut/image/mendut3.jpg

 

Dinding pipi tangga dihiasi dengan beberapa panil berpahat yang menggambarkan berbagai cerita yang mengandung ajaran Buddha. Pangkal pipi tangga dihiasi dengan sepasang kepala naga yang mulutnya sedang menganga lebar, sementara di dalam mulutnya terdapat seekor binatang yang mirip singa. Di bawah kepala naga terdapat panil begambar makhluk kerdil mirip Gana.

Atap candi itu terdiri dari tiga kubus yang disusun makin ke atas makin kecil, mirip atap candi-candi di Komplek Candi Dieng dan Gedongsanga. Di sekeliling kubus-kubus tersebut dihiasi dengan 48 stupa kecil. Puncak atap sudah tidak tersisa sehingga tidak diketahui lagi bentuk aslinya.

Dinding dalam bilik penampil dihiasi dengan relief Kuwera atau Avataka dan relief Hariti. Relief Kuwera terpahat di dinding utara, relief Hariti terpahat di dinding selatan. Kuwera adalah seorang raksasa pemakan manusia yang bertobat setelah bertemu dengan Buddha. Ia berubah menjadi dewa kekayaan dan pelindung anak-anak. Kuwera mempunyai seorang istri bernama Hariti, yang semula adalah juga seorang raksasa pemakan manusia. Sebagaimana halnya suaminya, Hariti bertobat setelah bertemu Buddha dan kemudian menjadi pelindung anak-anak. Relief Kuwera dan Hariti terdapat di banyak candi Buddha Tantrayana, seperti di Candi Sewu, Candi Banyuniba dan Candi Kalasan.

 

candi mendut pnri06

http://candi.pnri.go.id/jawa_tengah_yogyakarta/mendut/image/mendut8.jpg

 

Dalam relief itu digambarkan Kuwera sedang duduk di atas sebuah bangku. Di sekelilingnya tampak sejumlah anak sedang bermain-main. Di bawah tempat duduk laki-laki tersebut terdapat pundi-pundi berisi uang. Pundi-pundi berisi uang merupakan ciri Kuwera sebagai dewa kekayaan. Relief Hariti menampilkan suasana yang serupa. Hariti bersimpuh di atas sebuah bangku sambil memangku seorang anak. Di sekelilingnya terlihat sejumlah anak sedang bermain.

Dinding tubuh candi dihiasi dengan relief yang berkaitan dengan kehidupan Buddha. Pada dinding selatan terdapat relief Bodhisattwa Avalokiteswara. Sang Buddha duduk di atas padmasana (singgasana dari bunga padma) di bawah naungan pohon kalpataru. Di sebelah kanannya Dewi Tara bersimpuh di atas padmasana dan di sebelah kirinya seorang wanita lain juga bersimpuh di atas padmasana. Agak ke atas, di kiri dan kanan tampak seperti dua gumpalan awan. Dalam masing-masing gumpalan tampak sosok seorang pria sedang membaca kitab. Di tepi kiri dan kanan digambarkan pilar dari batu yang disusun bertumpuk. Di puncak pilar terlihat Gana dalam posisi berjongkok sambil menyangga sesuatu. Di hadapan Sang Buddha ada sebuah kolam yang dipenuhi dengan bunga teratai. Air kolam berasal dari air mata Buddha yang menetes karena kesedihannya memikirkan kesengsaraan umat manusia di dunia. Tepat di hadapan Buddha, terlihat dua orang perempuan muncul dari sela-sela teratai di kolam.

 

candi mendut pnri07

http://candi.pnri.go.id/jawa_tengah_yogyakarta/mendut/image/mendut9.jpg

 

 Pada dinding timur terpahat relief Bodhisatwa. Dalam relief ini Sang Buddha yang digambarkan sebagai sosok bertangan empat sedang berdiri di atas tempat yang bentuknya mirip lingga. Pakaian yang dikenakan adalah pakaian kebesaran kerajaan. Di sekeliling kepalanya memancar sinar kedewaan. Tangan kiri belakang memegang kitab, tangan kanan sebelah belakang memegang tasbih, kedua tangan depan menggambarkan sikap varamudra, yaitu Buddha bersila dengan sikap tangan memberi anugrah. Di sebelah kirinya setangkai bunga teratai yang keluar dari dalam bejana.

 

Pada dinding sisi utara terpahat relief yang menggambarkan Dewi Tara sedang duduk di atas padmasana, diapit dua orang lelaki. Dalam relief ini Tara digambarakan sebagai dewi bertangan delapa. Keempat tangan kiri masing-masing memegang tiram, wajra, cakra, dan tasbih, sedangkan keempat tangan kanan masing-masing memegang sebuah cawan, kapak, tongkat, dan kitab.

 

candi mendut pnri08

http://candi.pnri.go.id/jawa_tengah_yogyakarta/mendut/image/mendut7.jpg

 

candi mendut pnri09

http://candi.pnri.go.id/jawa_tengah_yogyakarta/mendut/image/mendut12.jpg

 

Pada dinding barat (depan), di sebelah utara pintu masuk, terdapat relief Sarwaniwaranawiskhambi. Sarwaniwaranawiskhambi digambarkan sedang berdiri di bawah sebuah payung. Busana yang dipakainya adalah busana kebesaran kerajaan.

Di ruangan yang cukup luas dalam tubuh Candi Mendut terdapat 3 buah Arca Buddha. Tepat mengadap pintu terdapat Buddha Sakyamuni, yaitu Buddha sedang berkhotbah. Buddha digambarkan dalam posisi duduk dengan sikap tangan dharmacakramudra, yaitu sikap sedang mewejangkan ajaran.

 

candi mendut pnri10

http://candi.pnri.go.id/jawa_tengah_yogyakarta/mendut/image/mendut13.jpg

 

candi mendut pnri11

http://candi.pnri.go.id/jawa_tengah_yogyakarta/mendut/image/mendut11.jpg

 

 Di sebelah kanan, menghadap ke selatan, terdapat Arca Bodhisattva Avalokiteswara, yaitu Buddha sebagai penolong manusia. Buddha digambarakan dalam posisi duduk dengan kaki kiri terlipat dan kaki kanan menjuntai ke bawah. Telapak kaki kanan menumpang pada bantalan teratai kecil. Di sebelah kiri ruangan, menghadap ke utara, terdapat Arca Maitreya yaitu Bodhisatwa pembebas manusia yang sedang duduk dengan sikap tangan simhakarnamudra, mirip sikap vitarkamudra namun jari-jarinya tertutup. Ketiga arca dalam ruangan ini memakai dilengkapi dengan 'prabha" atau sinar kedewaan di sekeliling kepalanya.

Di sudut selatan, di halaman samping Candi Mendut terdapat batu-batu reruntuhan yang sedang diidentifikasi dan dicoba untuk direkonstruksi.


MENDUT
Administrative localization:

Mendut, Mendut, Mungkid, Magelang, JT.

 

Geographical localization:

07° 36' 17.2"
110° 13' 48.8"
Precision: 9m
Alt.: 235m

 

Surroundings:

In lower middle ground, on flat ground, roughly 200m to the east of kali Elo and 800m to the north northeast of the confluence of the latter with the Progo River. The temple is located 700m to the north of Progowati.

 

Religion: Buddhist.
Main features: Organic compound; facing west; staggered square.
State of preservation: Restored up to the superstructure.

 

Description:

The temple faces west.
Its base is a staggered square measuring 25.5m x 25.5m. Its western projection is deeper than the others and a salient staircase is juxtaposed to it.
The platform is edged by a balustrade that creates a circumambulation path around the temple body.
The latter is also a staggered square (14.15m x 14.15m), with a deep porch on the western side.
A vestibule and then a corridor lead to the cella. The inner chamber is a trapezium. Its western side is 7.60m long, its eastern side measures 6.70m while the room is 7.25m deep. At the rear of the cella, one can see three pedestals. In the middle of the eastern wall sits Buddha, while against the lateral walls one finds two bodhisattwa. The front part of the cella is empty, but its walls are pierced by six niches (2 in the northern wall, two in the southern one and two flaking the entrance door).
The temple was formerly standing within a courtyard measuring 110m (N-S) x 50m (E-W). Candi Mendut was located more or less 8m from the southern side of the enclosure (Krom 1923, I: 320ff; Bernet Kempers 1976: 212). Unfortunately, the wall was in such a poor state of preservation that it was not possible to determine the location of the entrances (Brandes 1903c: 75-76).
The whole area within the courtyard was covered with several layers of mud alternating with ashes, probably from the Merapi. Stones coming from the secondary structures were scattered all over the area (Brandes 1903c: 76)
Within the courtyard were other remains. To the north of the temple were foundations of a small staggered square stone temple and a cruciform structure, while further north were traces of a wider square base, probably a dwelling for the monks. (Brandes 1903c: pl.58; Krom 1923, I: 320ff). The northern most building had dimensions similar too that of the original candi Mendut. As the latter, its base was made of brick with some stones put around the bottom of the base (Brandes 1903c: 76-77, 79-80).
Under the ground level dated from the Central Javanese period were found 5 tanks similar to the tanks still used during the 19th c. to prepare mortar (Brandes 1903c: 77-78).
The candi Mendut visible today constitutes the last stage of a lengthy building process. It is actually the enlargement of an older temple that had been incorporated
into the present structure. During restoration work, brick walls (with mouldings) belonging the ancient building were found within the temple wall. The first Mendut temple was not destroyed: even is superstructure is preserved under its new cover. (Brandes 1903c:pl.23).

 

Sumber : Candi Space and Landscape - Véronique Myriam Yvonne Degroot


kds penutupwangsul-manginggil

  • < 43 Mantingan
  • 45 Mulosari >

Ki-demang.com : Candi, Dibuat oleh: Ki Demang Sokowaten About - Privacy