Ki-demang.com : Galeria

Kaca Ngajeng

kaca-ngajeng


ikon-buku-tamu

Gambar Kayon

gambar-kayon

Gambar Wayang

wayang-aksara-a
wayang-aksara-b
wayang-aksara-c
wayang-aksara-d
wayang-aksara-e
wayang-aksara-g
wayang-aksara-h
wayang-aksara-i
wayang-aksara-j
wayang-aksara-k
wayang-aksara-l
wayang-aksara-m
wayang-aksara-n
wayang-aksara-p
wayang-aksara-r
wayang-aksara-s
wayang-aksara-t
wayang-aksara-u
wayang-aksara-w
wayang-aksara-y

Gambar Gamelan

gambar-gamelan

    Jumlah Pengunjung

1198605
  Hari ini     :  Hari ini :554
  Kemarin     :  Kemarin :367
  Minggu ini   :  Minggu ini :2066
  Bulan ini   :  Bulan ini :4812
  s/d hari ini   :  s/d hari ini :1198605
Jumlah Kunjungan Tertinggi
03-13-2025 : 1122
Pengunjung Online : 7

Kontak Admin.

email-kidemang

Wayang Kelompok Aksara A

Abiyasa Raja - Solo
Abiyasa-Raja-Solo

BEGAWAN ABYASA

Prabu Abyasa anak Prabu Palasara, raja di Astina pada jaman sebelum Pendawa dan bertakhta di Astina juga, menggantikan Prabu Palasara.

Prabu Abyasa Raja yang bijaksana, adil dan kasih sayang kepada rakyatnya. Ia selalu berpegang teguh pada adat-istiadat raja. Abyasa kemudian menjadi raja pendeta, artinya seorang raja yang menjadi pendeta, bergelar Begawan Abyasa dan bertempat tinggal di Gunung Retawu atau Saptarengga. Sewaktu bertakhta ia bernarna Prabu Kresnadipayana.

Begawan Abyasa berpindah dari alam fana ke alarn baka dengan sempurna beserta nyawa-raganya dan dijemput oleh Dewa dengan berkendaraan cahaya.

Prabu Kresnadipayana bermata jaitan, berhidung mancung, berjenggot. Bermahkota dan berjamang tiga susun dengan garuda membelakang. Berpraba, berkain bokongan kerajaan dan bersepatu.

Begawan Abyasa ialah Prabu Kresnadipayana sesudah ia menjadi pendeta. Ia berdestar rneruntai ke belakang, berjamang dengan garuda membelakang, bersunting bunga kluwih, berbaju, berselendang dan bersepatu. Ia juga berkain rapekan pendeta.

Sebelum muksa (wafat dalam arti hilang beserta badan kasarnya), Begawan Abyasa berkeliling diringi oleh keluarga Pendawa dan keturunan mereka ke luar kota (negara) dan dengan rasa haru meninjau daerah di mana perang Baratayuda telah berlaku.
Dimana ditemukannya tempat tempat rusak karena peperangan, diperbaikinya tempat tempat itu. Dimana dijumpai jiwa jiwa yang belum sempurna matinya, disempurnakannyalah matinya jiwa-jiwa itu dengan memuja. Dan ketika Sang Begawan mengetahui, bahwa jiwa Pendeta Durna belum mati sempurna, maka ia bertitah kepada Pendawa, supaya menyempurnakannya, karena Pendeta Durna adalah juga guru para Pendawa. Titah ini dilaksanakan

Hati para Pendawa terharu oleh peristiwa ini. Mereka melihat, betapa besarnya akibat Perang Baratayuda.

Sang Begawan mencapai usia yang lanjut dan sempat menyaksikan kelahiran cicitnya Raden Parikesit.

Nama Kresnadipayana dipakai oleh Raden Parikesit, sesudah ia bertakhta sebagai raja di Astina, seperti adat-istiadat orang Jawa, bila seseorang menggantikan pangkat ayahnya. Ada lagi adat kebiasaan Jawa untuk mengambil sebagian nama ayahnya, sesudah seseorang kawin. Misalnya saja sesudah Susanto, anak Prawirakusuma, menikah, dipilihlah olehnya atau dipilihkanlah untuknya nama Prawiraraharja sebagai nama tuanya.


Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982

 kds penutup
wangsul-manginggil

  • < 05 Abiyasa - Solo
  • 07 Adimanggala - Solo >

Ki-demang.com : Galeria, Dibuat oleh: Ki Demang Sokowaten About - Privacy