| Wayang Kelompok Aksara C |
| Cakil - Solo |

|
CAKIL atau Gendirpenjalin, berwujud raksasa dengan gigi tonggos berpangkat tumenggung. RAKSASA CAKIL Raksasa Cakil digunakan dalam lakon apapun juga. Cakil bukan nama sesungguhnya dan hanya nama ejekan, oleh karena raksasanya bertaring di ujung mulut seperti pasak (Jawa: cakil). Adapun namanya di dalam lakon, dalanglah yang menentukannya. Ia mati perang dengan ksatria karena ditusuk dengan kerisnya sendiri yang direbut oleh ksatria itu dan digunakan untuk menusuknya. Raksasa Cakil suaranya kemeng (kecil) dan bicaranya menggagap. Kalau ia bersama-sama dengan kawan-kawan raksasa melaksanakan perintah penting raja, dengan kata-kata ia banyak menampakkan keberaniannya dan pada waktu terjadi perang, dialah yang pertama-tama maju, tapi kalah dan kalau ia kemudian minta bantuan, maju perang lagilah ia untuk akhirnya bersama-sama dengan kawan-kawannya mati juga. Ada peribahasa orang main kartu, di mana orang, seperti halnya juga dengan Cakil, selalu juga akan kalah. Wayang kulit Cakil tak seberapa menarik, tetapi di dalam wayang wong (orang) Cakil merupakan sripanggung, apalagi baik tariannya, sebab tari Cakil adalah campuran antara tarian dan pencak silat dengan diiringi irama gamelan. Cakil bermata kriyipan (berkejap-kejap), berhidung bentuk haluan perahu mendongak, bergigi dan bertaring di hadapan mulut, hingga melewati bibir atas. Bersanggul bentuk keling dengan dikembangi. Bersunting kembang kluwih panjang, berkalung ulur-ulur. Berkeris dua, yang sebuah bentuk sarung ladrang, ialah sarung keris bentuk panjang dan runcing, diselipkan di pinggang belakang. Dan yang sebuah lagi gayaman, ialah sarung keris yang serupa buah gayam (di Jakarta disehut buah gatet). Pemakaian keris ini tidak seperti biasa, melainkan diselipkan secara dibalikkan yang disebut kewalan. Suatu cara memakai keris yang dilarang menurut undang-undang Kraton, karena menunjukkan suatu kesiapsiagaan untuk menghunus keris. Untuk pemakaian keris yang sehenarnya, lihatlah gambar Patih Seberang , Keris yang bentuk gayaman dimasukkan ke dalam sarung dan kain yang nampak tergantung di paha kiri dan biasa disebut dianggar, tersedia sebagai cadangan.- Raksasa Cakil juga digunakan untuk sengkalan perhitungan angka tahun dan berbunyi: Tangan yaksa tataning janma (1552) karangan Susuhan Nyakrawati wafat di Krapyak. Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982 |













