| Wayang Kelompok Aksara J |
| Jaka Puring - Solo |

|
PATIH JAKAPURING Patih Jakapuring adalah patih raja Medangkamulan, Prabu Srimahapunggung Sewaktu menjabat di Medangkamulan, Patih Jakapuring sangat giat memajukan pertanian, antara lain dengan mengadakan bibit-bibit yang belum ada, hal mana menjadikan negara maju dengan pesatnya. Tetapi pada zaman itu banyak juga terdapat raksasa-raksasa yang mengganggu terselenggaranya dengan baik pertanian dan banyak terjadinya kerusakan di tempat-tempat pembukaan dan penggarapan tanah. Kesaktian dan kebijaksanaan Patih Jakapuring mengamankan kembali Medangkamulan sebagai sediakala. kemudian ia menjadi raja di negara Gilingaya dengan nama Prabu Hiranyarudra. Patih Jakapuring bermata kedondongan, bersanggul gembel dan. sebagian rambutnya terurai. Berjamang dengan garuda membelakang. Bersunting waderan. Berkeris dan nampak ujudnya keris, hal mana menandakan bahwa ia bukan ksatria. Berkain rapkan tentara. Bercelana panjang. Arti celana dalam bahasa Jawa ialah celana dalam. Tetapi untuk wayang kathok dan celana sama-sama dipakai. Celana panjang ke pergelangan kaki dan kathok hanya sampai di paha. HAL PATIH Pada zaman dahulu, seperti juga masih berlaku pada kerajaan, patih adalah pangkat hamba raja yang tertinggi. Sebutan patih di kerajaan Jawa berbeda dengan sebutan patih di daerah pemerintahan Belanda misalnya. Patih di sini adalah pangkat dibawah bupati dan sama dengan Bupati Anom di kerajaaan Jawa, dimana Patih membawahkan semua bupati yang terdapat dengan sebutan Kanjeng Raden Adipati. Seorang Patih kerajaan lebih mulia daripada putra raja, seorang pangeran. Ia berkuasa mengangkat orang bawahannya hingga pangkat bupati anom sebagai patihnya dan juga berkuasa mengangkat hamba-hamba raja lainnya. Kata patih berarti orang yang mendapat kepercayaan orang yang berkuasa. Tumenggung Wiraguna misalnya yang tersebut di dalam Serat Pranacitra, ada juga mempunyai seorang Patih. Sebagai seorang yang mendapat kepercayaan, seorang istri pun disebut juga patih suaminya. Ada lagi gelar Patih jaba (luar) dan Patih jero (dalam). ini terbukti dengan adanya Patih Pragota dan Patih Prabawa, Patihnya Prabu Baladewa. Dalam pewayangan Patih Pragota adalah Patih luar dan Prabawa adalah Patih dalam. Patih luar menjalankan pemerintahan Patih dalam menyelenggarakan kebutuhan. Pada umumnya di Surakarta nama orang berpangkat tinggi diikuti dengan nama tempat seperti nama orangnya, seperti misalnya K.P.H. Hadikusuma. Daerah dan kampung tempat tinggal pangeran ini disebut Hadikusuman. Sesudah daerah itu menjadi tempat tinggal Kanjeng Pangeran Panji Singasari, berganti namalah daerah itu menjadi Singasaren. Jadi jelasnya nama daerah atau kampung mengikuti nama orang ningrat atau berpangkat yang bertempat tinggal disitu. Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982
|














