Ki-demang.com : Galeria

Kaca Ngajeng

kaca-ngajeng


ikon-buku-tamu

Gambar Kayon

gambar-kayon

Gambar Wayang

wayang-aksara-a
wayang-aksara-b
wayang-aksara-c
wayang-aksara-d
wayang-aksara-e
wayang-aksara-g
wayang-aksara-h
wayang-aksara-i
wayang-aksara-j
wayang-aksara-k
wayang-aksara-l
wayang-aksara-m
wayang-aksara-n
wayang-aksara-p
wayang-aksara-r
wayang-aksara-s
wayang-aksara-t
wayang-aksara-u
wayang-aksara-w
wayang-aksara-y

Gambar Gamelan

gambar-gamelan

    Jumlah Pengunjung

1280602
  Hari ini     :  Hari ini :500
  Kemarin     :  Kemarin :259
  Minggu ini   :  Minggu ini :752
  Bulan ini   :  Bulan ini :9343
  s/d hari ini   :  s/d hari ini :1280602
Jumlah Kunjungan Tertinggi
10-28-2025 : 2326
Pengunjung Online : 17

Kontak Admin.

email-kidemang

Wayang Kelompok Aksara M

Mintaraga - Solo

 Mintaraga-Solo

BEGAWAN MINTARAGA

Mintaraga ialah Arjuna pada waktu bertapa mengasingkan diri. Minta berarti memisah, raga berarti badan kasar. Jadi waktu itu Arjuna menjernihkan pikiran, supaya bisa berpisah dengan badan kasarnya. Kehendak Arjuna ialah supaya jaya kelak di dalam perang Baratayuda.

Umumnya orang bertapa mendapat godaan dari setan-setan, agar gagallah tapanya

Di dalam cerita ini ada seorang raja raksasa, Prabu Niwatakawaca, dari negara Ima-imantaka. Raja ini ingin meminang seorang bidadari di Suralaya, Dewi Supraba, tetapi keinginannya itu ditentang oleh Hyang Endra.

Oleh sebab itu, murkalah Prabu Niwatakawaca dan bermaksud merusak kaendran (tempai kediaman Betara Endra).

Ketika terjadi penistiwa mi, Arjuna sedang bertapa di bukit Endrakila dengan nama Begawan Mintaraga. Tapa Arjuna itu membikin khawatir Hyang Endra, oleh karena itu ia bermaksud minta bantuan Arjuna untuk melawan Niwatakawaca yang hendak menempuh Kaendran. Maka Betara Endra pun bertitah kepada para Bidadari untuk menggoda Arjuna agar batallah tapanya. Teapi para penggoda tak berhasil membatalkan tapa Arjuna, malahan sebaliknya mereka merindukan Arjuna.

Setibanya di pertapaan, raksasa Mamangmurka merusak pertapaan itu. Melihat perbuatan itu, Arjuna menyumpahi Mamangmurka dan berkata, “lingkah laku raksasa ini seperti babi hutan dan seketika Mamangmurka pun berganti rupa menjadi babi hutan, diikuti oleh Hyang Endra yang menyaru menjadi pendeta bernarna Resi Padya dan yang berkehendak membunuh babi hutan itu. Ia melepaskan anak panahnya yang mengenai babi hutan tersebut. Tetapi Arjuna pun mengikuti, memanah dan mengenai juga babi hutan itu.

Terjadilah perselisihan antara Arjuna dan Betara Endra mengenai siapa sebenarnya yang panahnya mengenai babi tadi.

Tetapi sebenarnya Hyang Endra senang sekali akan kejadian tersebut, sebab berhasil membatalkan tapa Arjuna dan ia akan bisa minta bantuan kepada Arjuna untuk menghadapi Prabu Niwatakawaca. Terlaksanalah apa yang diinginkan Hyang Endra. Niwatakawaca ditewaskan oleh Arjuna. Sebagai hadiah, Arjuna diangkat sebagai raja Kaendran buat sementara waktu lamanya. Menurut perhitungan Dewa, sehari dihuni manusia sama dengan sebulan di Kaendran. Sebagai raja Kaendran Arjuna bergelar Prabu Kariti.

Begawan Mintaraga bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka sama dengan muka Arjuna. Bersunting waderan, berambut terurai gimbal udalan (lepas) hingga menutupi badan. Berkain bersahaja dengan hiasan bunga di antara ke dua kaki, hal mana menandakan suatu kemuliaan.

Orang Jawa percaya, bahwa jaman Purwa berlangsung di Tanah Jawa dan buat orang Sala sudah tentu berlangsung di Sala.

Ambilah misalnya hutan Krendawahana, tempat tinggal Betari Durga, yang menurut orang Sala terletak disebelah utara kota Sala.

hutan itu, kata orang, sangat angker. Orang-orang yang datang kesitu biasanya sedang gelap pikiran dan berharapan akan melihat hal-hal yang aneh.

Ada seorang pengunjung hutan yang mengatakan, bahwa sewaktu ia berada di hutan itu, ia melihat Arjuna diiringi Semar, Gareng dan Petruk. Imaginasi wayang mungkin berpengaruh atas terjadinya penglihatan itu.

Sesuai dengan adat-istiadat Kraton Sala dulu, rnaka setiap kali ada selamatan kerajaan yang disebut Maesalawung, dibuanglah sesaji di hutan Krendawahana.

Dalam lakon Kresna Gugah, Prabu Kresna raja negara Dwarawati bertapa tidur di mata air Jatatunda. Mata air ini terdapat di daerah Klaten dan juga bernama Jalatunda.

Dalam lakon Mintaraga, Arjuna bertapa di gunung Indrakila. Gunuiig ini terdapat di luar daerah Sala, yakni tak jauh dari setasiun kereta api Ijo, antara Gombong dan Kroya.


Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982



 kds penutup
wangsul-manginggil

  • < 06 Matswapati - Solo
  • 08 Mustakaweni - Solo >