Makalah Komisi - A - (#7) |
Majalah Anak Berbahasa Jawa : Alternatif Pembentukan Watak Dan Pekerti Tarti Khusnul Khotimah Balai Bahasa Yogyakarta Abstrak
Memperkenalkan bahasa dan sastra Jawa kepada anak-anak sangat efektif bila dilakukan sejak dini. Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui majalah anak berbahasa Jawa. Majalah anak yang dimaksud, baik dari segi isi maupun bentuk disajikan sesuai dengan usia anak, sudut pandang dan ragam bahasa anak. Majalah anak berbahasa Jawa dapat menjadi alternatif pembentukan watak dan pekerti mengingat berbagai informasi pengetahuan, teknologi, budaya, sejarah, maupun karya sastra yang mencerminkan budaya Jawa khususnya, dan keanekaragaman budaya bangsa Indonesia pada umumnya, dapat ditampilkan. Majalah anak berbahasa Jawa bahkan tidak hanya menjadi media pembentukan watak dan pekerti, tetapi juga menjadi media pembinaan keterampilan berbahasa dan bersastra Jawa, serta pembentukan dan pengembangan identitas diri dan kepribadian anak sebagai anggota masyarakat Jawa sekaligus juga sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya.
Kata kunci: majalah anak, bahasa Jawa, budaya, watak, pekerti 1. Pengantar
Kurang lebih dalam satu dasawarsa terakhir, perhatian dan kesadaran akan pentingnya peranan bacaan anak dalam mencerdaskan kehidupan bangsa semakin meningkat. Hal ini ditandai antara lain oleh tersedianya berbagai pilihan bacaan anak (berbahasa Indonesia dan Inggris), khususnya majalah anak, yang semakin beragam dan dengan kemasan yang menarik. Selain disajikan melalui media cetak (misalnya majalah Bobo, Kreatif, Mombi, Bee, Aku Anak Shaleh, Kinan, dan XY Kids), dalam perkembangan lebih lanjut juga dapat dinikmati dalam bentuk digital (misalnya majalah Bobo, Bravo, Kidnesia) dan dengan mudah dapat diakses di internet (lih. Khotimah, 2009:105).
Lantas bagaimana dengan majalah anak berbahasa Jawa? Kenyataan menunjukkan bahwa bacaan anak berbahasa Jawa sangat langka, bahkan sepengetahuan penulis majalah anak berbahasa Jawa saat ini tidak ada.[1] Pada beberapa majalah (umum/dewasa) berbahasa Jawa, seperti Djaka Lodhang, Panjebar Semangat, dan Jaya Baya memang dapat kita temukan rubrik cerita anak (“wacan bocah” atau “crita taman putra”) dan puisi (“geguritan”), tetapi hal ini tentu saja masih jauh dari memadai untuk memenuhi kebutuhan anak akan informasi, edukasi, dan hiburan. Bagaimanapun juga, keadaan ini akan memengaruhi pembentukan identitas diri dan perkembangan kepribadian anak-anak masyarakat Jawa, khususnya yang berkaitan dengan perkembangan bahasa, sastra, dan budaya Jawa. Apalagi, kini telah terindikasi semakin kaburnya identitas kejawaan masyarakat Jawa, yang antara lain dapat dilihat dari semakin melemahnya penggunaan bahasa Jawa dan apresiasi terhadap sastra Jawa.
Bertolak dari realitas tersebut, perlu ada upaya atau terobosan untuk mengatasi krisis jati diri yang dialami masyarakat Jawa, khususnya bagi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan peran dan fungsi bahasa dan sastra Jawa, yang dalam hal ini adalah majalah anak berbahasa Jawa, sebagai pembentuk watak dan pekerti. Hal ini mengingat pembentukan watak dan pekerti merupakan pengembangan nilai-nilai yang menjadi dasar bagi pendidikan budaya dan karakter bangsa. Melalui majalah anak berbahasa Jawa diharapkan nilai dan karakter Jawa yang dikembangkan pada diri anak akan menjadi kokoh dan memiliki dampak nyata dalam kehidupan diri, masyarakat, dan negara. 2. Hakikat Majalah Anak, Watak, dan Pekerti
Majalah anak adalah majalah yang berisi bacaan yang ditujukan untuk anak-anak. Mengacu pada pandangan Huck, Hepler dan Hickman (dalam Sumardi, 2003:136) yang menyebutkan bahwa bacaan anak mempunyai ciri esensial berupa penggunaan sudut pandang anak dalam menghadirkan informasi, maka majalah anak berbahasa Jawa yang dimaksud, baik dari segi isi maupun bentuk disajikan sesuai dengan usia anak, sudut pandang anak, dan ragam bahasa anak. Meski demikian, tidak tertutup kemungkinan majalah anak disukai dan dibaca anak remaja dan orang dewasa.
Majalah anak sebagai bacaan anak, tidak hanya terbatas memuat masalah kehidupan anak-anak, tetapi juga dunia orang dewasa, bahkan dunia binatang dan tumbuhan, asalkan diceritakan dengan kacamata anak dan dengan ragam bahasa anak. Diksi, penalaran, dan struktur bahasa yang digunakan disesuaikan dengan dunia anak. Pada umumnya bacaan yang ada di dalam majalah anak ditulis dengan kalimat-kalimat pendek (singkat) serta pilihan kosakata dan tata bahasanya lebih sederhana dibandingkan dengan bacaan orang dewasa. Selain itu, salah satu ciri khas dalam majalah anak adalah adanya berbagai ilustrasi (gambar, foto, atau lukisan) yang menyertai tulisan. Ilustrasi dalam bacaan anak dimaksudkan untuk memperjelas, mengkonkretkan, dan membantu anak untuk mengimajinasikan cerita yang diungkapkan lewat teks verbal. Oleh karena itu, antara teks verbal dengan gambar ilustrasi yang menyertainya harus ada kesesuaian. Dengan adanya ilustrasi, tampilan majalah anak juga tampak lebih menarik sehingga anak akan tertarik dan mau membacanya.
Berdasarkan isi, bentuk, dan ragam bahasa yang ditampilkan dalam majalah anak, pada makalah ini, istilah anak dalam majalah anak berbahasa Jawa diasumsikan sebagai anak usia setingkat sekolah dasar (SD). Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget (dalam Nurgiyantoro, 2005:12) yang menyebutkan bahwa anak usia SD sudah dapat digolongkan ke dalam tingkat berpikir “konkret-operasional”. Pada usia ini, anak sudah mampu menganalisis kata yang tidak ada hubungan langsung dengan pengalaman pribadinya. Hal ini memungkinkan anak untuk menambah kata-kata abstrak ke dalam perbendaharaan kosakata dan meningkatkan keterampilan penggunaan tata bahasa. Dengan kata lain, anak usia ini sudah memiliki keterampilan menggunakan bahasa dalam membaca dan menulis.
Selain itu, majalah anak dikatakan sebagai bacaan anak yang baik apabila mengandung nilai personal dan nilai pendidikan bagi anak. Dikatakan mengandung nilai personal apabila bacaan anak tersebut antara lain mampu memberikan kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberikan beraneka ragam pengalaman, mengembangkan kemampuan bernalar, dan menghadirkan pengalaman universal. Dalam hubungannya dengan nilai pendidikan, bacaan anak mempunyai kontribusi dalam aspek perkembangan bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan personalitas, dan perkembangan sosial (Tarigan, 1995:1-13).
Adapun watak diartikan sebagai sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku (KBBI, 1997:1127) sedangakan pekerti adalah perangai, tabiat, akhlak, watak; perbuatan (KBBI, 1997:742). Dalam bahasa Sansekerta, kata pekerti berasal dari akar kata kr ‘bekerja’, ‘berkarya’, ‘berlaku’, ‘bertindak(keragaan)’; pekerti adalah tindakan (via Endraswara, 2006:2). Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa watak lebih mengacu kepada hal yang sifatnya batiniah sedangkan pekerti lebih pada lahiriahnya. Meski antara watak dan pekerti dapat dibedakan tetapi kedua kata itu saling berkaitan erat. Watak seseorang baru tampak apabila terwujud dalam pekerti (tindakan).
Dari uraian diatas, maka majalah anak berbahasa Jawa yang dimaksud dalam makalah ini adalah majalah anak sebagaimana halnya dengan majalah-majalah anak pada umumnya, yang di dalamnya memuat berbagai informasi aktual dan faktual, pengetahuan, sejarah, budaya, maupun karya sastra yang mencerminkan budaya Jawa khususnya, dan keanekaragaman budaya bangsa Indonesia pada umumnya. Selain itu, penampilan majalah anak berbahasa Jawa juga dikemas secara menarik serta dilengkapi dengan bermacam ilustrasi sehingga dapat dijadikan modal awal untuk menarik perhatian dan minat anak untuk membacanya.
Dengan adanya ‘pergaulan’ anak dengan majalah anak berbahasa Jawa diharapkan akan berdampak positif terhadap peningkatan keterampilan berbahasa dan bersastra Jawa pada diri anak, dan pada giliran selanjutnya dapat membentuk dan mengembangkan identitas diri dan kepribadian anak sebagai anggota masyarakat Jawa yang berjati diri Jawa, tetapi sekaligus menjadi orang Jawa yang berbangsa Indonesia serta menjadi orang Jawa yang merupakan anggota masyarakat dunia. 3. Wujud Pembentukan Watak dan Pekerti dalam Majalah Anak Berbahasa Jawa Di dalam Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Pusat Kurikulum, 2010:9-10) diidentifikasi sejumlah nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam pendidikan budi pekerti untuk anak usia SD, yaitu: a. religius, b. toleransi, c. disiplin, d. harga diri, e. tanggung jawab, f. potensi diri, g. cinta dan kasih sayang, h. kebersamaan dan gotong royong, i. kesetiakawanan, j. saling menghormati, k. tata krama dan sopan santun, dan l. kejujuran. Di dalam majalah anak berbahasa Jawa, perilaku dasar di atas mewujud dalam bermacam genre bacaan anak. Nancy Anderson[2] mengelompokkan bacaan anak atas tujuh genre, yaitu a. buku bergambar, b. ilmu pengetahuan, c. sastra tradisional, d. fiksi, e. biografi dan autobiografi, f. ilmu pengetahuan, dan g. puisi/syair. Sementara Nurgiyantoro (2005:30) mengelompokkan bacaan anak atas lima genre, yaitu 1. fiksi, 2. nonfiksi, 3. puisi, 4. sastra tradisional, dan 5. komik. Pada dasarnya pengelompokan di atas saling melengkapi satu dengan yang lain (band. Sarumpaet, 2010:13-36). Oleh karena itu, penyebutan genre dalam makalah ini mengambil dari keduanya disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam pembentukan watak dan pekerti anak, kesadaran akan identitas diri dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting. Kesadaran tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui sejarah yang memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa diri bangsanya di masa lalu yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Berkaitan dengan hal ini, majalah anak berbahasa Jawa dapat berperan membangun kesadaran anak, misalnya dengan menampilkan rubrik “sejarah” yang berisi pengetahuan sejarah kerajaan-kerajaan yang (pernah) ada di wilayah Jawa, seperti kerajaan Majapahit, Kasultanan Yogyakarta, atau Kasunanan Surakarta dan sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Pengetahuan sejarah dapat pula berupa artikel dari hasil reportase atau cerita-cerita fiksi tentang asal-usul tempat bersejarah, seperti asal-mula candi Ratu Boko dan asal usul candi Prambanan.
Sementara itu, untuk membangun kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai-nilai yang hidup di lingkungan masyarakat dapat dilakukan dengan menampilkan rubrik “budaya" atau “tradisi” yang berisi pengetahuan tentang adat istiadat (upacara tradisi, pakaian adat/daerah, dan rumah adat) baik yang ada di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY, maupun daerah-daerah lain di seluruh wilayah Indonesia. Demikian pula pusat-pusat kerajinan (batik, wayang, keris, gamelan, permainan/dolanan anak); pasar-pasar tradisional; jajanan tradisional, bahkan dongeng tentang asal-usul nama tempat, gunung, sungai, atau peristiwa-periatiwa budaya yang bersifat lokal, seperti asal mula perayaan Kasada di Tengger dan asal mula perayaan Sekaten di Yogyakarta juga penting dan menarik bila ditampilkan.
Nilai-nilai sosial, moral, etika, dan religius juga perlu ditanamkan kepada anak sejak dini. Hal ini dapat dicontohkan lewat karya-karya fiksi, baik fiksi modern maupun sastra tradisional, seperti dongeng Jaka Tarub, Lara Jonggrang, Nyai Rara Kidul, Andhe-Andhe Lumut, Cindhelaras, dancerita Kancil. Contoh sikap dan perilaku dalam tokoh cerita tersebut dapat dipandang sebagai salah satu cara efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Biasanya, anak akan mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh-tokoh yang baik atau yang diidolakannya dan meneladani sikap dan perilaku tokoh tersebut.
Cerita wayang yang dikenal sebagai warisan seni-budaya adiluhung, juga penting untuk diperkenalkan sebagai sebuah warisan nenek moyang yang telah bereksistensi sejak zaman prasejarah. Aspek ajaran moral yang dikandung, alur cerita, dan karakter tokoh dapat dikemas ulang ke dalam berbagai genre sastra anak. Hal ini dilakukan mengingat cerita wayang selama ini lebih populer dan mewaris melalui pertunjukan wayang kulit atau wayang orang. Cerita wayang pada intinya mengisahkan kepahlawanan para tokoh yang berwatak baik dalam menghadapi dan menumpas tokoh yang berwatak jahat. Inti ajaran moral kurang lebih “kebaikan versus kejahatan pasti dimenangkan oleh kebaikan”. Oleh karena itu, perlu pelestarian cerita wayang apalagi mengingat sebagian besar anak-anak zaman sekarang tidak lagi mengenal cerita wayang tetapi sebaliknya lebih akrab dengan cerita komik atau film kartun produk impor yang setiap hari ditayangkan di televisi.
Sastra tradisional, selain berfungsi mendukung berbagai perkembangan emosional, afektif, kognitif, imajinatif, perasaan estetis, juga mendukung perkembangan kebahasaan dan memberikan hiburan yang menyenangkan (Nurgiyantoro, 2005:167-168). Bahkan, membaca berbagai cerita dalam sastra tradisional dapat juga dipandang sebagai fasilitas bagi anak untuk mengenal dan memahami warisan leluhur nenek moyang di masa lalu yang menyebabkan eksistensi kita di masa kini. Cerita tradisional dari berbagai penjuru tanah air dan dari berbagai pelosok dunia juga akan memberikan kesempatan kepada anak untuk menanamkan dan mengembangkan wawasan multikutural, menanamkan kesadaran bahwa ada budaya lain selain budaya sendiri.
Rubrik biografiatau riwayat hidup tokoh-tokoh terkenal juga merupakan salah satu bacaan yang disukai anak. Apalagi jika disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan dilengkapi dengan ilustrasi (foto, gambar/lukisan) yang mendukung penokohan. Dengan membaca riwayat seorang tokoh, anak yang sedang dalam usia mencari identitas diri, akan memperoleh banyak hal yang menyangkut pengetahuan, pengalaman hidup, dan keteladanan. Selain mengenalkan tokoh-tokoh Jawa, seperti Ranggawarsito, para wali (Wali Sanga) atau tokoh-tokoh pahlawan nasional, seperti Bung Karno, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, R.A. Kartini, dan Ki Hadjar Dewantara, sebaiknya anak juga diperkenalkan kepada tokoh-tokoh dunia, terutama tokoh ilmuwan, seperti Thomas Edison (penemu listrik), A. Graham Bell (penemu telepon), dan Wright bersaudara (penemu pesawat terbang). Penulisan profil atau tokoh remaja dan anak-anak berprestasi juga akan mendorong anak untuk turut mengeksplor diri, menggali potensi menjadi anak berprestasi.
Cerita bergambar dan komik strip (komik yang hanya terdiri atas beberapa panel gambar saja) juga merupakan salah satu bacaan yang paling digemari anak. Genre ini dapat dipakai untuk mengekspresikan berbagai gagasan, pemikiran, atau maksud-maksud tertentu. Isi cerita dapat berupa cerita fiksi, cerita binatang, cerita historis, atau biografi. Bahkan ide-ide faktual dapat pula digunakan untuk menyindir atau menampilkan cerita lucu. Cerita bergambar dan komik dapat berfungsi mengkonkretkan isi cerita, membantu memperkuat pemahaman, dan menstimulasi imajinasi. Selain itu, cerita bergambar juga dapat membantu anak untuk mengapresiasi keindahan, yang pada tahap tingkat lanjut berimplikasi pada pengembangan perilaku halus.
Rubrik “Surat Pembaca” juga dapat dipakai sebagai bentuk latihan awal mengembangkan keterampilan berbahasa Jawa. Anak dapat belajar menuangkan pikiran dan perasaan secara tertulis melalui pertanyaan, keinginan, atau pendapat yang ditujukan kepada redaksi. Dalam hal ini, kemampuan anak diasah untuk menciptakan dan menyusun kata dan kalimat yang komunikatif, yaitu bagaimana caranya memperkenalkan diri kepada orang lain, bagaimana cara menyampaikan pertanyaan, mengajukan permintaan/usulan, atau menyatakan pendapat / mengkritisi sesuatu dengan menggunakan bahasa Jawa yang sopan, sesuai dengan unggah-ungguh.
Rubrik yang berisi hasil karya anak, baik berupa pengalaman pribadi (pengalaman lucu/tak disangka) sebanyak 2-3 paragraf, cerita cekak, geguritan, dan gambar/lukisan juga penting untuk dimunculkan di dalam majalah anak berbahasa Jawa. Selain berfungsi merangsang anak untuk mengamati dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya juga dapat berfungsi sebagai media pengembangan eksistensi diri. Dengan dimuatnya hasil karya di majalah, anak akan merasa lebih percaya diri dan terdorong untuk lebih banyak menggali potensi dan menciptakan berbagai kreativitas yang diwujudkan dalam bentuk karya nyata.
Beberapa gambaran wujud pembentukan watak dan pekerti di atas hanyalah sebagian contoh kecil dari sekian banyak upaya yang dapat dilakukan melalui majalah anak berbahasa Jawa. Pengenalan/panduan penulisan aksara Jawa dan unggah-ungguh basa serta pemuatan ungkapan-ungkapan Jawa, seperti paribasan, bebasan, dan saloka juga dapat menjadi sarana penanaman kembali kearifan nilai-nilai budaya Jawa kepada anak, agar mereka lebih santun, arif, dan bijaksana dalam bertindak. Bentuk sastra Jawa lainnya yang tak kalah menarik untuk ditampilkan adalah cangkriman, parikan, wangsalan, dan tembang dolanan anak. Demikian pula tips-tips praktis membuat dolanan anak, resep masakan dan resep obat tradisional (yang sederhana), semuanya merupakan wujud pengenalan, pewarisan, dan pelestarian nilai-nilai tradisi dan budaya Jawa yang berguna dalam memperkokoh jati diri dan ketahanan budaya bangsa. 4. Menerbitkan Majalah Anak Berbahasa Jawa: Tantangan dan Harapan Salah satu amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 adalah menegaskan kewajiban pemerintah daerah untuk mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia (pasal 42).
Berkaitan dengan amanat Undang-Undang di atas, maka menerbitkan majalah anak berbahasa Jawa merupakan salah satu “kewajiban” yang harus dilakukan pemerintah daerah dalam rangka mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra Jawa. Selain itu, menerbitkan majalah anak berbahasa Jawa juga merupakan salah satu bentuk usaha mengembangkan industri kreatif, khususnya dunia penulisan. Apalagi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa jalur majalah lebih berperan dalam mendukung kehidupan sastra Jawa. Namun, sejak masa prakemerdekaan—sekarang penerbitan majalah berbahasa Jawa (umum/dewasa) justru didominasi oleh pihak swasta (Sedyawati, dkk., 2001:209, 212).
Kehidupan majalah-majalah berbahasa Jawa yang ada selama ini umumnya tidak dapat bertahan lama karena lemah dalam sistem pengelolaan, terutama dari segi pemasaran. Begitu pula yang dialami majalah (umum/dewasa) berbahasa Jawa Jaya Baya, Panjebar Semangat dan Djaka Lodhang. Tiga majalahyang dianggap sebagai penyangga kehidupan sastra Jawa ini mengalami nasib yang kurang menggembirakan, seperti terbatasnya segmen pembaca, dianggap (didudukkan) sebagai media massa marginal, dan adanya desakan nasionalisme yang terus berkelanjutan yang mengakibatkan peran dan fungsi bahasa dan sastra Jawa menjadi sangat terbatas (Sedyawati, dkk., 2001:214).
Melihat fenomena di atas, maka untuk menerbitkan majalah anak berbahasa Jawa, selain diperlukan kemauan, tekad, dan dukungan dari pemerintah maupun para pengambil kebijakan (stakeholder) juga diperlukan profesionalitas, baik dalam pemroduksian maupun pemasaran.[3] Sosialisasi sebagai bagian dari bentuk promosi juga perlu dilakukan terus-menerus agar majalah anak berbahasa Jawa bisa tetap eksis di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu, tidak ada salahnya mencontoh strategi, taktik, dan sentuhan emosional sebagaimana yang telah dilakukan oleh majalah anak Bobo[4]majalah anak berbahasa Indonesia yang eksis di Indonesia sejak tahun 1973 hingga sekarang dalam memenangkan dan memenetrasi pasar.
Salah satu bentuk promosi yang dapat dilakukan majalah anak berbahasa Jawa adalah hadir dan terlibat langsung dalam kegiatan di tengah-tengah masyarakat. Contohnya mengadakan kegiatan/lomba/pelatihan yang berhubungan dengan bahasa, sastra dan budaya Jawa. Kegiatan sayembara penulisan cerita (misalnya geguritan, cerita cekak, dongeng, dan cerita rakyat), lomba permainan tradisional (misalnya gasingan, gobak sodor, egrang, dan benthik), lomba pembuatan dolanan anak (misalnya gasing, kitiran, dan layangan), lomba memasak makanan/jajanan tradisional (misalnya klepon, dan cemplon), atau lomba adu kecerdasan (misalnya cangkriman) selain dapat mengembangkan bahasa, sastra, dan budaya Jawa juga dapat menjadi sarana pembentuk watak dan pekerti.
Apabila semua usaha ini dilakukan, maka bukan hal yang mustahil kehadiran majalah anak berbahasa Jawa akan disambut gembira dan akan menjadi majalah yang selalu dirindukan karena memang dibutuhkan. 4. Penutup
Majalah anak berbahasa Jawa mempunyai posisi dan peran yang strategis dalam memberikan perhatian kepada anak akan kebutuhan informasi, pengetahuan, dan hiburan. Pergaulan anak dengan majalah anak berbahasa Jawa akan berdampak positif dalam meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra Jawa, pembentukan watak dan pekerti, serta pemahaman kearifan lokal Jawa dalam kehidupan global dan multikultural. Oleh karena itu, menerbitkan majalah anak berbahasa Jawa dipandang sebagai kebutuhan yang patut mendapat perhatian dan perlu segera direalisasikan.
Menerbitkan majalah anak berbahasa Jawa diperlukan tekad dan dukungan penuh dari pemerintah, para pemangku kepentingan (stakeholder), guru, dan orang tua, serta profesionalitas dalam mengelola penerbitan maupun pemasaran. Jika semua langkah ini dapat terwujud, maka tujuan meningkatkan peran bahasa dan sastra Jawa sebagai pembentuk watak dan pekerti bukan mustahil diraih, bahkan pada giliran selanjutnya bahasa dan sastra Jawa benar-benar akan menjadi bahasa dan sastra yang berwibawa serta mempunyai prestise tersendiri di era global sehingga para penuturnya akan tetap bangga dan setia menggunakannya di tengah derap dan laju peradaban zaman.***
♦ Dalam Wikipedia “Bacaan Anak”, http://id.wikipedia.org/Bacaan_anak/. BIODATA PENULIS: Tarti Khusnul Khotimah, lahir di Sleman, 28 Desember 1971. Lulusan Fakultas Sastra (FIB) Universitas Gadjah Mada ini bekerja sebagai staf peneliti bidang linguistik di Balai Bahasa Yogyakarta. Pernah menjadi Ketua Tim Penelitian Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa di DIY tahun 2006 dan 2007 dan anggota Tim Pengumpulan Data Penelitian Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa-Bahasa di Wilayah Maluku Utara Tahun 2007. Selain menulis artikel di jurnal dan makalah di berbagai seminar, juga menulis resensi buku, cerpen dan cerita anak/dongeng yang antara lain telah dimuat di Jawa Pos, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat dan Minggu Pagi. Buku cerita anak yang telah diterbitkan Raksasa Penjaga Gunung Merapi. Telepon (HP) : (*********************) [1] Pada akhir tahun 1993—awal tahun 1994 pernah muncul majalah anak berbahasa Jawa Prasasti yang diterbitkan oleh PT Bina Ilmu Surabaya, Tulungagung, Jawa Timur. lihat http://id.wikipedia.org/Bacaan_anak/”di http://simplegifts92.wordpress.com/2010/10/20/frame-work-marketing-modern/ [4]di http:/www.kompasgramedia.com/aboutkg/history dan http://id-id.facebook.com/pages/Majalah-Bobo/ |