Kumpulan Artikel |
02. Misteri Relief Karmawibhangga |
Kalau saja Raffles tidak berminat pada sejarah dan kebudayaan Indonesia, mungkin Candi Borobudur masih diliputi kegelapan. Raffles adalah Gubernur Jendral Inggris di Hindia Belanda (1811-1815). Dia berkedudukan di Jakarta tapi banyak berkeliling Pulau Jawa. Sebagai ilmuwan, Raffles menulis buku History of Java. Pada 1814 ketika sedang berkunjung ke Semarang, dia mendapat laporan adanya sebuah candi di Desa Bumisegoro dekat Magelang. Karena berapresiasi, dia segera menugaskan Cornelius untuk melakukan penyelidikan. Di sana Cornelius menjumpai adanya sebuah bukit yang ditumbuhi pohon-pohon rindang dan semak-semak belukar. Di antara tumbuh-tumbuhan itu tersembul sejumlah batu berukir. Dibantu sekitar 200 penduduk desa, Cornelius menebangi pohon, membakari semak belukar, dan menyingkirkan puing-puing bangunan. Hampir dua bulan lamanya mereka bekerja. Namun ujud utuh bangunan masih belum berhasil diketahui. Pada 1817 hingga 1825 diadakan lagi pembersihan. Baru pada 1835 Borobudur kelihatan sebagai bangunan yang berdiri megah. Hartmann, yang waktu itu menjabat Residen Kedu, berhasil mengubah pemandangan di Desa Borobudur. Desa yang tadinya sepi, sejak adanya Borobudur menjadi ramai. Bahkan, masyarakat sekitar banyak mendapatkan bahan bangunan ideal dari lokasi ini. Maka, untuk menyelamatkan candi ini, pemerintah melakukan usaha pemotretan dan penggambaran tangan. Bahan-bahan inilah yang kemudian diterbitkan oleh Leemans menjadi buku monografi (1873). Namun Candi Borobudur masih tetap terlantar. Batu-batunya tetap berantakan di halaman. Maka pada 1882 ada sebuah usulan untuk membongkar seluruh bangunan dan memindahkan semua reliefnya ke dalam museum khusus. Tapi usulan itu tidak diterima karena dianggap terlalu berisiko untuk kelestarian bangunan. Sebagai tindak lanjutnya, pada 1900 terbentuk Panitia Penyelamatan Candi Borobudur diketuai Th. Van Erp. Berkat van Erp lah, Borobudur menjadi tersohor, meskipun masih ada kekurangan di sana sini. Pemugaran Candi Borobudur pra-kemerdekaan selesai pada 1911. Banyak pakar menilai pemugaran van Erp memiliki sejumlah kesalahan prosedur. Lagi pula ketika itu teknik dan peralatan konstruksi, masih belum semaju tahun-tahun pasca-kemerdekaan. Maka pasca-kemerdekaan dilakukan lagi pemugaran terhadap Candi Borobudur. Kegiatan ini berawal tahun 1971. Ketika itu banyak negara yang tergabung dalam UNESCO, bahu-membahu memberikan sumbangan. Lebih dari 20 negara terlibat dalam pemugaran ini. Akhirnya purnapugar Candi Borobudur diresmikan pada bulan Februari 1983.
Karmawibhangga Sebagai candi terbesar, tentu saja banyak fakta dan misteri menarik tentang Candi Borobudur. Beberapa misteri belum terungkap sampai sekarang, di antaranya persoalan relief Karmawibhangga. Saat ini relief tersebut memang tidak bisa dilihat secara langsung. Lokasi relief ini dikenal sebagai 'kaki tertutup' Candi Borobudur.
Stupa induk Misteri stupa induk juga sama hebohnya dengan misteri Karmawibhangga. Awal misteri bertitik tolak dari kegiatan Hartmann. Pada 1842 dia melakukan penyelidikan terhadap stupa induk yang menjadi mahkota bangunan. Sebelumnya, konon Cornelius mendapati stupa itu sudah dalam keadaan terbongkar dan bagian tubuhnya menganga. Tujuan utama Hartmann adalah hendak mengetahui apakah ada sesuatu yang pernah tersimpan dalam rongga stupa tersebut.
Sumber :
Lihat juga : Relief Karmawibaangga
|