Sejarah Kerajaan Mataram Kuno |
Kerajaan Mataram Kuno - Halaman 02 / 25 |
..... merupakan petunjuk bahwa raja – raja Sailendra di Jawa menganggap dirinya keturunan wangsa Sailendra Fu-nan. Menurut Przyluski istilah wangsa Sailendra itu menunjukkan bahwa raja – raja itu menganggap dirinya berasal dari Sailendra yang berarti raja gunung, dan merupakan sebutan bagi Siwa = Girisa. Dengan perkataan lain, raja – raja wangsa Sailendra di Jawa itu tentu menganggap leluhurnya ada di atas gunung. Hal ini merupakan petunjuk baginya bahwa istilah Sailendra itu asli Indonesia. [[1]] Pendapat – pendapat tersebut di atas telah dibahas oleh Nilakanta Sastri, dan ia sendiri mengajukan pendapat bahwa wangsa Sailendra di Jawa itu berasal dari daerah Pandya di India Selatan. [[2]] Akhirnya, J.L. Moens, dalam salah satu karangannya yang menarik perhatian, mengemukakan pendapat bahwa wangsa Sailendra itu dari India Selatan, yang semula berkuasa di sekitar Palembang, tetapi pada tahun 683 M melarikan diri ke Jawa karena serangan dari Sriwijaya dari Semenanjung Tanah Melayu. [[3]]. Di antara pendapat – pendapat diatas yang kemudian banyak dianut ialah pendapat G. Coedes, lebih – lebih setelah J.G. de Carparis dapat menemukan istilah Waranaradhirajaraja di dalam prasasti candi Plaosan Lor, juga prasasti Kelurak, dan ia mengidentifikasikan Waranara itu dengan Narawaranagara atau Na-fu-na di dalam berita – berita Cina, yaitu pusat kerajaan Fu-nan setelah berpindah dari Wyadhapura atau T’e-mu setelah mendapat serangan dari Chen-la dibawah pimpinan Bhawawarman dan Citrasena pada pertengahan kedua abad VI M. [[4]] Selanjutnya de Casparis mengatakan bahwa setelah pindah ke Na-fu-na yang biasa dilokasikan di dekat Angkor Borei ada di antara raja – raja itu yang pergi ke Jawa dan keturunan – keturunannya. Jadi, menurut de Casparis, di Jawa mula – mula berkuasa wangsa raja – raja yang beragama Siwa, tetapi setelah kedatangan raja dari Na-fu-na itu yang berhasil menaklukannya, di Jawa Tengah terdapat dua wangsa raja – raja, yaitu raja – raja dari wangsa yang beragama Siwa, dan para pendatang baru itu, yang kemudian menamakan dirinya wangsa Sailendra, yang beragama Buddha. Pendapat de Casparis ini diilhami oleh F.H. van Naerssen, yang melihat bahwa di dalam prasasti Kalasan tahun 778 M, yang berbahasa Sanskerta ada dua pihak, yaitu pihak raja wangsa Sailendra, yang hanya disebut sebagai Permata wangsa Sailendra tanpa nama, dan Rakai Panangkaran, raja bawahannya dari wangsa Sanjaya. [[5]] Selanjutnya de Casparis mencoba mengadakan rekonstruksi jalannya sejarah kerajaan Mataram sampai dengan pertengahan abad IX M dengan landasan anggapan bahwa sejak pertengahan abad VIII M ada dua wangsa raja – raja yang berkuasa, yaitu wangsa Sailendra yang berasal dari Fu-nan, dan penganut agama Buddha Mahayana, yang berhasil menaklukkan raja – raja dari wangsa Sanjaya yang[1] J. Przyluski, “Cailendrawamca”, JGIS, vol. II, 1935, hlm. 25 – 36 [2] K.A. Nilakanta Sastri, “Oriin of the Cailendras”, TBG, LXXV, 1935, hlm. 605 – 611 [3] J.L. Moens, :Crivijaya, Yava en Kataha”, TBG, LXVII, 1937, hlm. 317 – 487, terutama hlm. 435 – 436. Karangan ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan agak disingkat, dan terbit dalam Journal of the Malayan Btanch of thr Royal Asiatic Society of Great Britain ang Ireland, vol. 17,2, 1940, hlm. 1 – 10, 4 peta, oleh R.J. de Touche [4] J.G. de Casparis, Selected inscriptions from the 7th to the 9th century A.D., Prasasti Indonesia II, 1956, hlm. 184 – 185, terutama catatan no. 39 [5] F.H. van Naersen, “The Sailendra Interregnum”, India Antiqua, 1947, hlm. 249 – 253 |