Sejarah Kerajaan Mataram Kuno |
Kerajaan Mataram Kuno - Halaman 06 / 25 |
dengan tangan orang. Bunga ini dipotong, dan airnya ditampung dijadikan minuman keras; rasanya amat manis, tetapi orang cepat sekali mabuk dibuatnya. Di Ho-ling banyak perempuan yang berbisa; apabila orang mengadakan hubungan kelamin dengan perempuan – perempuan itu, ia akan luka – luka bernanah dan akan mati, tetapi mayatnya tidak membusuk. Di daerah pegunungan ada sebuah daerah yang bernama Lang-pi-ya; raja sering pergi kesana untuk menikmati pemandangan ke laut. Apabila pada pertengahan musim panas orang mendirikan gnomon setinggi 8 kaki, bayangannya akan jatuh ke sebelah selatannya, dan panjangnya dua kaki empat inci. Dalam masa Chen-kuan (627 – 649 M), raja Ho-ling, bersama dengan raja To-ho-lo dan To-p’o-teng, mengirimkan utusan ke Cina menyerahkan upeti. kaisar memberikan surat jawaban dengan dibubuhi cap kekaisaran, dan ketika utusan dari To-ho-lo meminta kuda – kuda yang baik, permintaan itu dikabulkan oleh Kaisar. Utusan dari Ho-ling datang lagi pada tahun – tahun 666, 767, dan 768 M. Utusan yang datang pada tahun 813 M (atau 815 M) mempersembahkan empat budak sheng-chih (jenggi), burung kakatua yang bermacam – macam warnanya, burung p’in-chia (?), dan benda – benda yang lain. Kaisar amat berkenan hatinya, dan memberikan anugerah gelar kehormatan kepada utusan itu. Utusan itu mohon agar gelar itu diberikan saja kepada adiknya. Kaisar amat terkesan akan sikap itu, dan memberi anugerah gelar kehormatan kepada keduanya. Pada tahun 674 M rakyat kerajaan itu menobatkan seorang perempuan sebagai ratu yaitu ratu Hsi-mo. Pemerintahannya meskipun sangat keras akan tetapi adil. Barang – barang yang terjatuh di jalan tidak ada yang berani menyentuhnya. Pada waktu raja orang – orang Ta-shih mendengar berita semacam itu, ia mengirim pundi – pundi berisi emas untuk diletakkan di jalan di negeri ratu Hsi-mo. Setiap orang yang melewatinya menyingkir, sampai tiga tahun pundi – pundi itu tak ada yang menyentuhnya. Pada suatu hari putra mahkota yang lewat disitu tanpa sengaja telah menginjaknya. Ratu sangat marah, dan akan memerintahkan hukuman mati terhadap putra mahkota. Para menteri mohon pengampunan baginya. Akan tetapi, ratu mengatakan bahwa karena yang bersalah adalah kakinya, kaki itu harus dipotong. Sekali lagi para menteri mohon pengampunan; akhirnya ratu memerintahkan agar jari – jari kaki putra mahkota itu yang dipotong, sebagai peringatan bagi penduduk seluruh kerajaan. Mendengar hal itu raja Ta-shih takut dan mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan ratu Hsi-mo. Raja tinggal di kota She-p’o (She-p’o-tch’eng), tetapi leluhurnya yang bernama Ki-yen telah memindahkan pusat kerajaan ke timur, ke kota P’olu-chia-ssu. Di sekeliling She-p’o ada 28 kerajaan kecil, dan tidak ada diantaranya yang tidak tunduk. Ada 32 pejabat tinggi kerajaan, dan yang terutama diantara mereka ialah ta-tso-kan-hsiung. [[1]] Menurut berita dalam Ying-huan-tschelio perpindahan itu terjadi dalam masa T’ien-pao (742 – 755 M). [[2]] [1] W.P. Groeneveldt, Historical Notes, hlm. 12 – 15. [2] P. Pelliot, “Deux itineraires”, hlm. 225, catatan no. 2. L-C Damais menyebutkan bahwa berita perpindahan itu termuat dalam Yuan-che-lei-pin yang ditulis pada tahun 1669 M, dan bahwa perpindahan itu terjadi dalam masa T’ien-pao, antara tahun 742 dan 775 M atau tahun 664 dan 667 Saka (L-C. Damais, BEFEO, LII, fasc. 1, 1964. hlm. 138). Rupa – rupanya disini terdapat beberapa salah cetak. Bandingkan karangannya sebelumnya Bibliographie Indonesienne, II BEFEO, XLVII, hlam. 607 – 649. |