Sejarah Kerajaan Mataram Kuno |
Kerajaan Mataram Kuno - Halaman 10 /25 |
Jawa Timur. Akan tetapi, mungkin Waru harus dicari di sekitar Rembang, karena memenuhi syarat dekat dengan Krapyak, suatu tempat yang sering dikunjungi raja untuk menikmati pemandangan laut. [[1]] Bagaimana kalau ternyata Rakai Watukura Dyah Balitung bertakhta di daerah Prambanan atau Purwodadi – Grobogan (?) Tentulah harus dibayangkan bahwa nenek moyangnya telah memindahkan pusat kerajaan lebih ke timur lagi, mungkin sampai ke Jawa Timur. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan bahwa hingga kini para sarjana cenderung untuk menghubungkan berita perpindahan pusat kerajaan Ho-ling ke timur itu dengan munculnya prasasti Dinoyo di daerah Malang yang berangka tahun 682 Saka (21 Nopember 760 M). [[2]] Di dalam prasasti Dinoyo itu diperingati pembuatan arca Agastya dari batu hitam dengan bangunan candinya oleh raja Gajayana, sebagai pengganti arca Agastya yang telah dibuat dari kayu cendana oleh nenek moyangnya. [1] G. Ferrand pernah mengemukakan pendapat bahwa Pó-lu-chia-sse itu merupakan transkripsi dari Baruyasik, dan mengidentifikasikannya dengan Warus Gresik, yang sekarang masih tertinggal pada nama Gresik di Jawa Timur (Le Kóuen-louen, hlm. 304 catatan no. 3); J.L. Moens, Crivijaya, Yawa en Kataha, hlm. 382 – 386, melokasikan Pó-lu-chia-sse di Barus, disebelah selatan Kedah. [2] N.J. Krom, HJG, 1931, hlm. 147, R. Ng. Poerbatjaraka : Riwayat Indonesia, I, 1952, hlm. 61 – 66; G. Coedes, The Indianized States of Southeast Asia, 1968 hlm. 90; R. Ng. Poerbatjaraka Agastya in den Archipel, diss, a926, hlm. 109 -110; R.A. Kern. “Jouartan wedergevonden?”, BKI, 102, 1943, 539 – 553, terutama pada hlm. 546, Kern menyangsikan apakah Ki-yen daoat disamakan dengan raja yang mengeluarkan prasasti Dinoyo, karena ia berpendapat bahwa Ki-yenitu bukan raja, hanya seorang pangeran. [3] F.D.K. Bosch, “De Sanskrit inscriptie op den steen van Dinaja”, TBG, LVII, 1916, hlm. 410 – 444; “Het Lingga – heiligdom van Dinaja”, TBG, LXIV, a924, hlm. 227 – 286; J.G. de casparis, “Nogmaals de Sanskrit – inscriptie op den steen Dinaja, TKNAG, LXXXI, 1941, hlm. 499 – 513; F.D.K. Bosch, De Sanskrit – inscriptie op steen van Dinaja”; OV, 1923, hlm. 29 – 35. |