Sejarah Kerajaan Mataram Kuno |
Kerajaan Mataram Kuno - Halaman 12 / 25 |
Watukura yang menaklukkan Kanjuruhan itu, karena dari raja ini didapatkan prasasti Kubu – Kubu tahun 827 Saka (17 Oktober 905 M), yang menyebut bahwa pada zaman pemerintahannya telah terjadi penyerangan ke Banten, dan Banten dapat dikalahkan. [[1]] Berdasarkan nama – nama tempat yang lain didalam prasasti ini mungkin Banten itu harus dicari didaerah Jawa Timur.
3. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya Sebelum membicarakan masalah perpindahan pusat kerajaan itu baiklah terlebih dahulu disebutkan disini beberapa sumber prasasti dari masa sebelum perpindahan itu. Pertama – tama disebutkan disini prasasti di desa Lebak, Kecamatan Grabag (Magelamg), di lereng Gunung Merbabu, yang lebih dikenal dengan nama prasasti Tuk Mas. [[2]] Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu alam yang besar yang berdiri didekat suatu mata air. Hurufnya Pallawa yang tergolong muda, dan bahasanya Sanskerta. Menurut analisis paleografis dari Krom prasasti ini berasal dari pertengahan abad VII M. [[3]] Isinya pujian kepada suatu mata air yang keluar dari gunung, menjadi sebuah sungai yang mengalirkan airnya yang dingin dan bersih melalui pasir dan batu – batu, bagaikan Sungai Gangga. [[4]] Diatas tulisan itu dipahatkan bermacam – macam laksana dan alat – alat upacara antara lain cakra, sangkha, trisula, kundi, kapak, gunting, kudi, pisau, tongkat, dan empat bunga padma. laksana – laksana itu jelas menunjuk kepada agama Siwa. Dapat dibayangkan bahwa mata air itu dianggap sebagai sumber air yang suci, dan bahwa didekatnya tentu ada asrama pendeta – pendeta yang mengelola sumber air tersebut. [[5]] Prasasti yang kedua adalah prasasti Canggal, yang berasal dari halaman percandian diatas Gunung Wukir di Kecamatan Salam, Magelang. Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta, dan berangka tahun 654 Saka (6 Oktober 732 M). Dalam bait pertama dikatakan bahwa raja Sanjaya telah mendirikan lingga diatas bukit pada tanggal 6 Oktober tahun 732 M. Lima bait berikutnya berisi puji – pujian kepada Siwa, Brahma, dan Wisnu, dengan catatan bahwa untuk Siwa sendiri tersedia tiga bait. Bait ke-7 memuji – muji Pulau Jawa yang subur dan banyak menghasilkan gandum (atau padi) dan kaya akan tambang emas. Di Pulau Jawa itu ada sebuah bangunan suci untuk pemujaan Siwa yang amat indah, untuk kesejahteraan dunia, yang dikelilingi oleh sungai – sungai yang suci, antara lain[1] Boechari, Prasasti Koleksi Museum Nasional, Jilid I, Jakarta 1985 / 1986, hlm. 155 – 159. [2] H. Kern, “Het Sanskrit – inscriptie van Tuk Mas (Dakawu, res. Kedu; +- 500 A.D.)””; VG, VII, hlm. 201 – 2-4. [3] Krom, HJG, 1931, hlm. 103. Pendapat diperkuat oleh J.G. de casparis, Indonesian Paleography, 1975, hlm. 23 -24. [4] Disini disajikan transkripsi Boechari : [5] Krom, HJG, 1931, hlm. 102 – 103. |