Sejarah Kerajaan Mataram Kuno |
Kerajaan Mataram Kuno - Halaman 13 / 25 |
Sungai Gangga. Bangunan suci itu terletak diwilayah Kunjarakunja. Dua bait berikutnya ditujukan kepada raja Sanna, yang memerintah dengan lemah lembut bagaikan seorang ayah yang mengasuh anaknya sejak kecil dengan penuh kasih sayang, dan dengan demikian ia menjadi termashur dimana – mana. Setelah ia dapat menaklukkan musuh – musuhnya, ia memerintah untuk waktu yang lama dengan menjunjung tinggi keadilan bagaikan Manu. Akan tetapi, setelah ia kembali ke surga untuk menikmati jasa – jasanya yang amat banyak, dunia ini terpecah dan kebingungan karena sedih kehilangan pelindungnya. Tiga bait terakhir ditujukan kepada pengganti Sanna, yaitu Raja Sanjaya, anak Sannaha, saudara perempuan Raja Sanna. Ia seorang raja yang gagah berani, yang telah menaklukkan raja – raja disekelilingnya, bagaikan Raghu ia juga dihormati oleh para pujangga karena dipandang sebagai raja yang paham akan isi kitab – kitab suci. Ia bagaikan Meru yang menjulang tinggi, dan meletakkan kakinya jauh diatas kepala raja – raja yang lain. Selama ia memerintah dunia ini yang berikat pinggangkan samudra dan berdada gunung – gunung, rakyatnya dapat tidur ditepi jalan tanpa merasa takut akan penyamun dan bahaya yang lain. Dewi Kali hanya dapat menangis – nangis karena tidak dapat berbuat apa – apa. [[1]] Dari prasasti itu diketahui bahwa pada tahun 732 M Raja Sanjaya yang jelas beragama Siwa telah mendirikan sebuah lingga diatas bukit. Mungkin bangunan lingga itu adalah candi yang hingga kini masih ada sisa – sisanya diatas Gunung Wukir, mengingat bahwa prasastinya memang berasal dari halaman percandian itu. [[2]] Pendirian lingga mungkin sekali memperingati kenyataan bahwa ia telah dapat membangun kembali kerajaan dan bertakhta dengan aman tenteram setelah menaklukkan musuh – musuhnya. Seperti yang dapat disimpulkan dari kata – kata pada baik ke-9 yang menerangkan mangkatnya raja Sanna, Sanna itu gugur dalam peperangan karena diserang oleh musuh. [[3]] Mungkin sekali kembalinya Sanjaya diatas takhta kerajaan itu terjadi pada tahun 717 M, yaitu tahun permulaan tarikh Sanjaya, yang hanya digunakan oleh Daksa didalam tiga prasastinya. [[4]] Sanna, Sannaha, dan Sanjaya mungkin sekali keturunan – keturunan Dapunta Selendra, sehingga mereka-pun masuk anggota wangsa Sailendra. Hal ini antara lain dapat disimpulkan dari daftar raja – raja yang disebutkan didalam prasasti[1] H. Kern, “De Sanskrit – inscriptie van Canggal (Kedu), uit 654 Caka”, VG, VII, hlm. 115 – 128. Lihat juga R. Ng. Poerbatjaraka, Riwayat Indonesia I, hlm. 50 -60. B.Ch. Chhabra, Expansion of Indo-Aryan Culture during Pallava Rule as evidenced by inscription, hlm. 34 – 37. [2] Prasasti Canggal ini ditemukan kembali di dua tempat. Bagian yang terbesar ditemukan di Desa Canggal dibawah bukit, tetapi ada potongan kecil dari bagian bawah prasasti yang ditemukan di halaman percandian candi Gunung Wukir. Karena itu disimpulkan bahwa tempat asal prasasti ini adalah di halaman percandian diatas bukit. [3] R. Ng. Poerbatjaraka, “De Carita Parahyangan”, TBG, LVI, 1914, hlm. 257 – 280; R. Ng. Poerbatjaraka, “Crivijaya, de Cailendra-en de Sanjayawanca”, BKI, 114, 1956, hlm. 254 – 264, Atja: Tjarita Parahiyangan, Titilar Karuhun Urang Sunda Abad ka XVI M, 1968. Musuh ini mungkin sekali berasal dari Galuh seperti yang termuat dalam kitab Carita Parahyangan. Didalam kitab ini dikatakan bahwa Sanna kemudian melarikan diri ke Gunung Merapi, tetapi kemudian Sanjaya dapat kembali menduduki takhta kerajaan. [4] Ketika L-C. Damais menulis mengenai tahun Sanjaya dalam ËEI, II, La date des inscriptions en ere de Sanjaya”, BEFEO, tome XLV, fasc. I, 1951, hlm. 42 – 63, baru dua prasasti yang ditemukan yang memakai tahun Sanjaya, yaitu prasasti Taji Gunung yang berangka tahun 194 Sanjaya (910 M) dan prasasti Timbanan Wungkal yang berangka tahun 196 Sanjaya (913 M). Sekarang ditambah lagi dengan prasasti Tihang yang berangka tahun 198 Sanjaya (914 M). |