Sejarah Kerajaan Mataram Kuno |
Kerajaan Mataram Kuno - Halaman 17 / 25 |
pertempuran karena serangan musuh, dan pusat kerajaannya dihancurkan. Pada tahun 717 M Sanjaya dinobatkan menjadi raja di Medang yang mungkin terletak di Poh Pitu. Pada tahun 732 M, ia mendirikan bangunan suci untuk pemujaan lingga diatas Gunung Wukir, sebagai lambang telah ditaklukkannya lagi raja – raja kecil disekitarnya yang dahulu mengakui kemaharajaan raja Sanna. Akan tetapi, pada suatu ketika ia jatuh sakit dan meninggal dalam penderitaan yang amat sangat, selama delapan hari karena ingin mematuhi apa yang dikatakan oleh gurunya. Anaknya yang bernama Sangkhara, atau mungkin lengkapnya Rakai Panangkaran Dyah Sangkhara Sri Sanggramadhananjaya, karena takut akan Sang Guru yang tidak benar lalu meninggalkan agama Siwa, menjadi penganut agama Buddha Mahayana, dan memindahkan pusat kerajaannya ke timur, mungkin disekitar Sragen disebelah timur Bengawan Solo, atau ke daerah Purwodadi – Grobogan. Ia lalu membangun serangkaian candi – candi kerajaan, antara lain candi Sewu untuk pemujaan Manjusri, sebagaimana dapat diketahui dari prasasti Kelurak tahun 704 Saka (26 September 782 M), candi Plaosan Lor yang melambangkan kesatuan kerajaan, [[1]] dan candi Borobudur untuk pemujaan pendiri rajakula Sailendra [[2]] Ia juga membangun candi Kalasan pada tahun 700 Saka (778 M) dan mungkin sebuah bangunan lagi di Bukit Ratu Baka, karena ada prasasti berbahasa Sanskerta dibukit ini tahun 700 Saka (778 M) yang memperingati pembangunan Abhayagiriwihara. [[3]] Masih ada sisa – sisa bangunan candi Buddha yang besar, seperti arca – arca Buddha dan Boddhisatwa di Bogem dan di desa Boyolali. Arca – arca Bogem amat besar, pantas diletakkan dalam candi kerajaan, Prasasti – prasasti yang disebutkan diatas, yaitu prasasti Kalasan tahun 778 / 779 M, prasasti Kelurak tahun 782 M, prasasti Abhayagiriwihara dari Bukit Ratu Baka tahun 792 M, dan prasasti dari candi Plaosan Lor semuanya menggunakan huruf siddham dan berbahasa Sanskerta. Ini pun merupakan suatu hal yang baru. Sebagaimana diketahui huruf siddham itu banyak dipakai di India Utara dan Sri Lanka. Kemungkinan besar bahwa Rakai Panangkaran, setelah meninggalkan gurunya yang[1] Fragmen yang ada di Museum Nasional telah diterbitkan oleh J.G. de Casparis, Prasasti Indonesia, II, 1956, hlm. 175 – 206. Kemudian bagian sebelah kiri prasasti ini ditemukan di sawah didepan candi Plaosan, dan ternyata dahulu prasasti ini dibuatkan sebuah bangunan khusus, yang ditempatkan tepat ditengah – tengah diantara dua dwarapala diluar tembok keliling candi. Diharapakan angka tahun prasasti ini dapat terbaca pada fragmen yang ditemukan didepan candi Plaosan itu. [2] J. Dumarcay sampai kepada kesimpulan bahwa candi Borobudur mulai dibangun pada pertengahan kedua abad VIII M berdasarkanpenelitian atas tahap – tahap pembangunan candi itu (J.Dumarcay, “Histoire architecture du Borobudur””, Memories Archeologiques, no. XII, EFEO, 1977), Sebelumnya didalam karangan singkat ia menunjukkan adanya 5 tahap pembangunan candi Borobudur, dan tahap terakhir dimulai pada permulaan abad X M (Ëlements pour une histoire architecturale du Borobudur”, BEFEO, tome LX, 1973, hlm. 105 – 115, ill, terutama hlm. 109). Dalam pembicaraan pribadi dengan Boechari, Dumarcay dapat menyetujui anggapan Boechari bahwa Borobudur mulai dibangun pada pertengahan kedua abad VIII M. [3] Transkripsi fragmen yang telah ditemukan pada pertengahan abad yang lalu terdapat dalam karangan F.D.k. Bosch, “De inscriptie van Kelurak”, TBG, LXIII 1928, hlm. 1 – 64. Prasasti ini dibicarakan oleh J.G. de Casparis dalam desertasinya (Prasasti Indonesia, I, 1950, hlm. 11 – 24). Pada tahun 1960 ditemukan lagi beberapa potong prasasti ini di pendopo teras di bukit Ratu Baka (Prasasti Indonesia, II, hlm. 341 – 343), dan de Casparis membicarakan beberapa bait yang memuat keterangan tentang hubungan antara Sri Lanka dan Indonesia (“New evidence ...”, hlm. 241 – 248). Disini disebutkan bahwa prasasti ini berangka tahun 714 Saka (792 M), dan menyebut Tejahpurnnapanna Panamkarana, atau Rakai Panangkaran. |