Makalah Komisi - B - (#13) |
Nilai Moral Dalam Cerita Rakyat Dwi Sulistyarini Abstrak
1. kepatuhan, 2. pemberani, 3. rela berkorban, 4. jujur, 5. adil dan bijaksana, 6. menghormati dan menghargai, 7. bekerja keras, 8. menepati janji, 9. tahu Balas Budi, 10. baik budi pekerti, 11. rendah hati, dan 12. hati-hati dalam bertindak. Sedangkan nilai-nilai moral sosial, meliputi:
2. suka menolong, 3. kasih sayang, 4. kerukunan, 5. suka memberi nasihat, 6. peduli nasib orang lain, dan 7. suka mendoakan orang lain. Nilai-nilai moral religi, meliputi: 1. Percaya Kekuasaan Tuhan, 2. Percaya Adanya Tuhan, 3. Berserah Diri kepada Tuhan/Bertawakal, dan 4. Memohon Ampun kepada Tuhan.
1. hubungan manusia dengan diri sendiri, 2. hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial Hal itu dapat disinyalir bahwa cerita rakyat mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting dalam masyarakat pendukungnya. Cerita rakyat mengandung nilai luhur bangsa terutama nilai-nilai atau ajaran moral.
1. mite (myth), 2. legenda (legend), dan 3. dongeng (folktale).
Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita. Isi dongeng itu banyak yang tidak masuk akal, penuh dengan khayal. Isi dongeng banyak yang tidak masuk akal terjadi karena dongeng itu disampaikan dari mulut ke mulut dan setiap orang bercerita tanpa disadari memasukkan serba sedikit tentang khayalannya sendiri ke dalam dongeng itu sehingga kebenaran isinya makin kurang. Hal itu mungkin disebabkan karena cara berpikir nenek moyang kita yang masih sangat primitif dan dipengaruhi oleh tahyul. Banyak peristiwa dalam alam yang tidak dipahami oleh mereka, misalnya tentang petir, gempa bumi, topan, dan banjir. Dalam memahami hal-hal yang serupa itu, mereka mengarang cerita yang bercampur baur dengan khayal sejalan dengan jalan pikiran mereka masa itu (Iper, Dunis, 1998:5).
a. Strategi Reading Guide, b. Strategi Assesment Search, c. Strategi Focussed Listing.
a. dimensi potensi budaya baik berupa unsur tangible maupun yang
Budaya tersebut antara lain : bahasa lokal, pranata lokal, kearifan lokal, dan seni pertunjukan. Budaya yang terkait dengan kearifan lokal meliputi
a. konsep lokal, b. cerita rakyat/ folk tale, c. ritual keagamaan, d. kepercayaan lokal, e. berbagai pantangan dan anjuran yang terwujud sebagai perilaku dan
Kearifan lokal yang ada dalam cerita rakyat menyangkut moral maupun etika yang ditunjukkan pada dialog para tokohnya. Moral maupun etika tersebut merupakan bagian dari budi pekerti. Secara etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata “moral”, karena keduanya berasal dari kata yang berarti kesusilaan. Hanya bahasa asalnya berbeda, moral berasal dari bahasa Latin, sedangkan etika berasal dari bahasa Yunani. Poerwadarminta (1986:654) mengartikan moral sebagai ajaran tentang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak, kewajiban dan sebagainya). Sedangkan, Suseno (1987:19) mengemukakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan moral berkaitan dengan pemberian nilai atau penilaian terhadap baik buruknya manusia. Penilaian ini menyangkut perbuatan yang dilakukan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Hal itu perlu disadari bahwa pemberian nilai baik dan buruk terhadap perbuatan manusia relatif. Artinya, suatu hal yang dipandang baik oleh orang yang satu atau bangsa pada umumnya, belum tentu sama bagi orang atau bangsa yang lain. Pandangan seseorang tentang moral, nilai-nilai atau kecenderungan-kecenderungan, biasanya dipengaruhi oleh pandangan hidup, way of life bangsanya.
1. kepatuhan, 2. pemberani, 3. rela berkorban, 4. jujur, 5. adil dan bijaksana, 6. meng- hormati dan menghargai, 7. bekerja keras, 8. menepati janji, 9. tahu Balas Budi, 10. baik budi pekerti, 11. rendah hati, dan 12. hati-hati dalam bertindak.
Untuk menanamkan budi pekerti pada anak dapat melalui nilai individual yang tersirat dalam cerita rakyat. Dalam cerita Legenda Asal Mula Kalimas menunjukkan kepatuhan seorang patih kepada rajanya. Nilai moral kepatuhan yang terdapat dalam teks. Kepatuhan tersebut dapat dilihat pada kutipan dialog berikut ini. Kepatuhan seorang Patih, yang bernama Patih Suradigda kepada Adipati Surabaya. Sebagai seorang Patih, Patih Suradigda patuh sekali terhadap segala perintah yang telah diberikan oleh rajanya. Adapun kepatuhan dalam cerita Ajisaka ditunjukkan oleh abdi Ajisaka bernama Dora dan Sembada. Mereka berdua rela mati daripada menghianati perintah tuannya. Selain itu, nilai individual yang tercermin pada rela berkorban dapat dilihat pada cerita Asal Mula Upacara Kasada. Dalam cerita ini sikap rela berkorban ditunjukkan oleh seorang anak yang bernama Kusuma. Dia rela dijadikan korban untuk dilemparkan ke kawah gunung Bromo, demi memenuhi keinginan Dewa Brahma. Dia rela berkorban untuk orang tua, adik-adiknya, dan keselamatan orang-orang Tengger pada umumnya. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan cerita “Sudahlah, bu! Hilangkan perasaan hati ibu. Saya bersedia menjadi korban demi ayah ibu, adik-adik serta keselamatan orang-orang Tengger pada umumnya. Saya rela menjadi korban, Bu!”. Kutipan tersebut menunjukkan pengorbanan Kusuma sangat besar demi orang tuanya, adik-adiknya, dan orang-orang Tengger pada umumnya. Nilai individu terkait rela berkorban juga tersirat pada cerita yang berjudul Lembusura. Raden Wimba atau Lembusura rela melakukan apa saja demi seorang wanita yang dicintainya. Dia rela memenuhi permintaan Putri Dyah Ayu Pusparani untuk membuat sumur di puncak gunung Kelud. Adapun moral individu terkait pada kejujuran tersirat pada cerita Joko Dolog. Kejujuran ini dimiliki oleh Jaka Jumput. Dia mengatakan dengan jujur kepada Adipati Surabaya apa yang sebenarnya telah terjadi. Sikap jujur juga tampak pada cerita Batu Balang ditunjukkan melalui tokoh Darung Bawan. Darung Bawan mengalami kegagalan dalam membuat riam, jujur mengakui bahwa ia telah gagal, dan ia langsung menemui Kameloh Buang Penyang untuk memberitahukannya. Karena kegagalnnya itu, ia mundur dan pulang ke desa asalnya. Bekerja keras merupakan salah satu moral individu yang tercermin dalam cerita Guhung Rawai. Dalam cerita tersebut diceritakan bahwa untuk memperoleh kehidupan yang layak seseorang perlu bekerja keras dengan menggunakan waktu sebaik-baiknya. Rawai dan teman-temannya selalu bekerja keras dengan mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Selain itu, sikap rendah hati juga tercermin dalam cerita Joko Bodho. Joko bodho selalu rendah hati meskipun ia dapat mengobati orang yang sakit. Joko bodho pun juga suka menolong terhadap sesama tanpa pamrih. Orang-orang desa pergi ke rumah Joko Bodho dengan sendirinya tanpa ada pemberitahuannya kalau ia dapat mengobati orang sakit.
1. bekerjasama, 2. suka menolong, 3. kasih sayang, 4. kerukunan, 5. suka memberi nasihat, 6. peduli nasib orang lain, dan 7. suka mendoakan orang lain.
Dalam cerita rakyat tersirat nilai moral sosial yang dapat dijadikan sebagai pendidikan budi pekerti. Budi pekerti dalam cerita rakyat yang mencerminkan sikap bekerjasama tersirat pada cerita Asal Mula Upacara Kasada. Dalam cerita tersebut diceritakan adanya kerjasama sepasang suami istri yang bernama Ki Seger dan Nyai Anteng. Mereka selalu bekerjasama dalam mengolah tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sikap bekerjasama juga tercermin dalam cerita Harimau Gembong. Kerjasama dalam cerita ini ditunjukkan oleh warga Kendalbulur Boyolangu yang bekerjasama menghadapi harimau gembong. Para warga keluar dari rumah dengan membawa berbagai senjata dan berkumpul untuk meringkus harimau gembong tersebut. Kerjasama warga tersebut dapat membawa hasil, yaitu harimau berhasil digiring warga dan diringkusnya. Adapun sikap suka menolong dapat ditemukan dalam cerita Joko Dolog. Sikap ini ditunjukkan oleh Jaka Jumput saat dia mendengar orang meminta tolong, dia langsung mencari arah suara itu. Setelah menemukan, Jaka Jumput langsung menolong orang yang bernama Pangeran Jaka Taruna yang tersangkut di dahan pohon yang tinggi. Suka menolong juga tersirat dalam cerita Ajisaka. Ajisaka telah menolong para penduduk yang sedang lari ketakutan. Dia meminta agar para penduduk mau tinggal bersamanya di rumah Mbok Rondo Sengkeran. Dalam cerita Punden Setono Badhong, sikap suka menolong juga ditunjukkan oleh warga yang bergegas menolong salah satu warga yang tenggelam di genangan sumber air. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut:
1. beriman; meyakini bahwa sesungguhnya Dia ada, 2. taat; menjalankan perintah dan menjahui larangan-Nya, 3. ikhlas; kewajiban manusia beribadah kepada-Nya dengan ikhlas dan
Budi pekerti yang terkait dengan moral religi tercermin pada percaya kepada Tuhan. Percaya kepada Tuhan adalah mempunyai keyakinan atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta ini. Keyakinan atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan dasar, maupun sesuatu yang paling tinggi dan paling utama. Sikap percaya adanya Tuhan tersirat dalam cerita Sunan Ampel yang ditunjukkan oleh tokoh Raden Rahmat. Raden Rahmat mengajak para penduduk Krian untuk mengakui dan percaya bahwa Tuhan itu ada. Beliau pun membagikan kipas dari akar tumbuh-tumbuhan dan anyaman rotan kepada penduduk setempat secara gratis cukup menukarnya dengan kalimat Syahadat. Selain itu, sikap berserah diri kepada Tuhan/Bertawakal tersirat dalam cerita Sunan Giri yang ditunjukkan oleh Raden Paku. Beliau selalu bermunajat meminta pertolongan dan petunjuk hanya kepada Allah. Adapun sikap memohon ampun kepada Tuhan dapat ditemukan dalam cerita Pertentangan Dua Saudara yang ditunjukkan oleh seorang raja yang bernama Raja Kameswara. Setiap saat raja memohon ampun kepada Tuhan atas kesewenang-wenangannya di masa lalu.
♦ Danandjaja, James. 1986. Folklor Indonesia Ilmu Gosip dan
CURRICULUM VITAE |