Mdang i Bhumi Mataram

beranda

ikon-buku-tamu

kerajaan-mataram-kuno

kumpulan-makalah

kumpulan-artikel

candi-yogyakarta
prambanan
   01 Kabupaten Sleman - 77
   02 Kabupaten Bantul - 7
   03 Kabupaten Gunung Kidul - 6
   04 Kabupaten Kulon Progo - 5
   05 Kota Madya Yogyakarta - 1

candi-jawa-tengah
borobudur
   01 Kabupaten Klaten - 13
   02 Kabupaten Magelang - 79
   03 Kabupaten Boyolali - 10
   04 Kabupaten Temanggung - 23
   05 Kabupaten Semarang - 14
   06 Kabupaten Banyumas - 8
   07 Kabupaten Wonosobo - 5
   08 Kotamadya Semarang - 5
   09 Kabupaten Kendal - 7
   10 Kabupaten Banjarnegara - 6
   11 Kabupaten Batang - 4
   12 Kabupaten Pemalang - 2
   13 Kabupaten Tegal - 2
   14 Kabupaten Brebes - 2
   15 Kabupaten Purwodadi - 1
   16 Kabupaten Kudus - 1
   17 Kabupaten Purworejo - 2
   18 Kabupaten Purbalingga - 1
   19 Kabupaten Kebumen - 2

 relief-borobudur
relief-O-01
01 Relief Karmawibhangga
02-Caca-Jataka-1
02 Relief Jataka

prasasti
ikon-prasasti

video
00-mataram-kuno-1
Aneka Video Medang

jumlah-pengunjung
368211
  Hari ini     :  Hari ini :349
  Kemarin     :  Kemarin :156
  Minggu ini   :  Minggu ini :501
  Bulan ini   :  Bulan ini :4200
  s/d hari ini   :  s/d hari ini :368211
Jumlah Kunjungan Tertinggi
28.10.2025 : 1113
Pengunjung Online : 55

kontak-admin
email-kidemang

Kumpulan Artikel
04 Sistim Penanggalan Pada Prasasti Medang

     Sistim penanggalam pada prasasti – prasasti Medang merupakan suatu sistim penanggalan yang terdiri dari beberapa unsur penanggalan. Jumlah terbanyak unsur yang dimiliki pada prasasti Medang ada 15 unsur.

Sebagian unsur yang digunakan menggunakan unsur – unsur yang sama dengan yang digunakan di India, namun demikian ada beberpa perbedaan dalam penulisan dan pengucapan nama unsur penanggalan tersebut.
Unsur – unsur penanggalan tersebut adalah :

 

A. Unsur Penanggalan Berdasar Waktu.

 

1) Warsa.
      Unsur paling besar dan biasanya ditulis paling awal adalah unsur penanggalan tahun atau Warsa. Prasasti dimasa Medang menggunakan tarikh Saka yang dimulai penggunaannya sekitar tahun 78 Masehi.
Tarikh Saka berasal dari India. merupakan salah satu unsur pengaruh kebudayaan India , dibuat oleh raja Salivahana yang memerintah sekitar tahun 78 Masehi di Pratishtana.
Tarikh ini digunakan secara resmi pada awal abad II Masehi. tarikh Saka dipakai di Asia Tenggara hingga di prasasti – prasasti di Kamboja dan Campa.
Satu tahun Saka dihitung berdasarkan gabungan perhitungan peredaranbulan dan matahari yang lamanya sekitar 360 hari dan terbagai dalam 12 bulan.
Awal tahun dimulai dari bulan Caitra dan berakhir pada bulan Phalguna.

2) Masa.
      Satu tahun Saka terdiri dari 12 bulan disebut dengan Masa, yang terdiri dari :

 

Saka India Saka Jawa Masehi
 01. Caitra  Cetramasa  Maret – April
 02. Waishaka  Wesakhamasa  April – Mei
 03. Jyaistha  Jyesthamasa  Mei – Juni
 04. Asadha  Asadhamasa  Juni - Juli
 05. Sravana  Srawanamasa  Juli – Agustus
 06. Bhadrawada  Bhadrawadamasa  Agustus - September
 07. Asuji  Asujimasa  September – Oktober
 08. Karttika  Kartikamasa  Oktober – Nopember
 09. Margasira  Margasiramasa  Nopember – Desember
 10. Posya  Posyamasa  Desember - Januari
 11. Magha  Maghamasa  Januari –Pebruari
 12. Phalguna  Phalgunamasa  Pebruari - Maret

 Jumlah hari untuk setiap bulan = 30 hari. Awal tahun adalah tanggal 1 Caitra.

 

3) Paksa.
      Setiap satu bulan terbagi dalam dua periode, yaitu :
a) Paruh Terang (Suklapaksa);
Dihitung saat bulan mulai terlihat hingga saat bulan terbentuk bulat penuh yang lamanya = 15 hari.

Sistim penanggalam pada prasasti – prasasti Medang merupakan suatu sistim penanggalan yang terdiri dari beberapa unsur penanggalan. Jumlah terbanyak unsur yang dimiliki pada prasasti Medang ada 15 unsur.

Sebagian unsur yang digunakan menggunakan unsur – unsur yang sama dengan yang digunakan di India, namun demikian ada beberpa perbedaan dalam penulisan dan pengucapan nama unsur penanggalan tersebut.
Unsur – unsur penanggalan tersebut adalah :

 

A. Unsur Penanggalan Berdasar Waktu.

 

1) Warsa.


      Unsur paling besar dan biasanya ditulis paling awal adalah unsur penanggalan tahun atau Warsa. Prasasti dimasa Medang menggunakan tarikh Saka yang dimulai penggunaannya sekitar tahun 78 Masehi.
Tarikh Saka berasal dari India. merupakan salah satu unsur pengaruh kebudayaan India , dibuat oleh raja Salivahana yang memerintah sekitar tahun 78 Masehi di Pratishtana.
Tarikh ini digunakan secara resmi pada awal abad II Masehi. tarikh Saka dipakai di Asia Tenggara hingga di prasasti – prasasti di Kamboja dan Campa.
Satu tahun Saka dihitung berdasarkan gabungan perhitungan peredaranbulan dan matahari yang lamanya sekitar 360 hari dan terbagai dalam 12 bulan.
Awal tahun dimulai dari bulan Caitra dan berakhir pada bulan Phalguna.

2) Masa.
      Satu tahun Saka terdiri dari 12 bulan disebut dengan Masa, yang terdiri dari:

 

Saka India Saka Jawa Masehi
 01. Caitra  Cetramasa  Maret – April
 02. Waishaka  Wesakhamasa  April – Mei
 03. Jyaistha  Jyesthamasa  Mei – Juni
 04. Asadha  Asadhamasa  Juni - Juli
 05. Sravana  Srawanamasa  Juli – Agustus
 06. Bhadrawada  Bhadrawadamasa  Agustus - September
 07. Asuji  Asujimasa  September – Oktober
 08. Karttika  Kartikamasa  Oktober – Nopember
 09. Margasira  Margasiramasa  Nopember – Desember
 10. Posya  Posyamasa  Desember - Januari
 11. Magha  Maghamasa  Januari –Pebruari
 12. Phalguna  Phalgunamasa  Pebruari - Maret

 Jumlah hari untuk setiap bulan = 30 hari. Awal tahun adalah tanggal 1 Caitra.

 

3) Paksa.
      Setiap satu bulan terbagi dalam dua periode, yaitu :
a) Paruh Terang (Suklapaksa);
Dihitung saat bulan mulai terlihat hingga saat bulan terbentuk bulat penuh yang lamanya = 15 hari.
b) Paruh Gelap (Krsnapaksa);
Dihitung saat bulan masih berbentuk bulat hingga tenggelam lagi, yang lamanya = 15 hari.

 

4) Tithi.
      Dari satu bulan yang terdiri dari Suklapaksa dan Krsnapaksa yang masing – masing berjumlah 15 hari. karena itu “tanggal” atau “tithi”-nya dikenal sampai 15.
Penyebutan tanggal bukan seperti tanggal yang dikenal sekarang ini, tetapi lebih kepada penyebutan “hari ke..” dari pemunculan bulan di langit pada malam hari.
Satu Tithi tepat 1/30 (sepertiga puluh) dari satu bulan pada penanggalan Masehi.
Sekali dalam dua bulan terjadi suatu Tithi yang dimulai setelah matahari terbit berakhir sebelum matahari terbenam. Tithi seperti itu merupakan Tithi yang “hilang” (ksaya tithi).
Sebagai akibatnya satu hari dari satu bulan, saat Tithi yang “hilang” itu berlangsung, juga “hilang”, sehingga bulan itu hanya berjumlah 29 hari.
Hari – hari Tithi yang ada dalam satu Paksa adalah :

 

  01. Pratipada   09. Nawami
  02. Dwitiya   10. Dasami
  03. Trêtya   11. Ekadasti
  04. Caturthi   12. Dwadasi
  05. Pancami   13. Trayodasi
  06. Sasti   14. Caturdasi
  07. Saptami   15. Pancadasi
  08. Astami  

 

 5). Wara.


      Salah satu unsur penanggalan yang penting lainnya adalah hari. Pada masa Jawa Kuno sudah dikenal satuan waktu hari yang disebut dengan Wara.
lama satu hari dihitung dari saat matahari terbit hingga matahari terbit kembali pada hari berikutnya.
Perhitungan Wara dilakukan dengan memasukkannya dalam siklus – siklus hari yang terdapat pada prasasti Jawa Kuno, adalah :
a) Siklus 5 hari = Pancawara, nama Pancawara :

 

 Pancawara  Disingkat *) Warna Daerahnya Sewanya
  01. Pahing   Pa   Merah   Selatan   Brahma
  02 Pon   Po   Kuning   Barat   Mahadewa
  03. Wagai   Wa   Hitam   Utara   Wisnu
  04. Kaliwuan   Ka   Campuran   Tengah   Guru
  05. Umanis   U atau Ma   Putih   Timur   Iswara

*) singkatan yang biasa dipakai pada penulisan prasasti

b) Siklus 6 hari = Sadwara;

 

  Sadwara  Disingkat *)
  01. Tunglai   Tu(ng)
  02. Hariyang   Ha
  03. Wurukung   Wu
  04. Paniruan   Pa
  05. Was   Wa
  06. Mawulu   Ma

*) singkatan yang biasa dipakai pada penulisan prasasti

c) Siklus 7 hari = Saptawara.

 

Saptawara Disingkat *)
  01. Raditya / Aditya   Minggu   Ra atau A
  02. Soma   Senin   So
  03. Anggara   Selasa   Ang
  04. Budha   Rabu   Bu
  05. Wrhaspati   Kamis   Wr
  06. Sukra   Jumát   Su
  07. Saniscara   Sabtu   Sa

 *) singkatan yang biasa dipakai pada penulisan prasasti

6). Karana.


      Satuan waktu yang lebih kecil dari hari adalah Karana. Ukuran waktu satu Karana = setengah Tithi atau lebih tepatnya = 0,492 hari.
Dalam satu hari ada 2 karana atau 60 Karana dalam 1 bulan.
Nama Karana pertama setiap bulan adalah Kimtughna, kemudian Wawa, Walawa, Kolawa, Taithila, Garadi, Wanija, Wisti, sesudahnya kembali lagi ke Wawa dan seterusnya, hingga tiga Karana terakhir yaitu Sakuni Naga dan Catuspada.

 

7) Wuku.
      Perhitungan Wuku berdasarkan siklus 7 hari atau Saptawara, setiap siklus 7 hari disebut 1 Wuku, Satu siklus Wuku terdiri dari 30 Wuku, yaitu :

 

  01. Sinta   02. Landêp   03. Wukir
  04. Kurantil   05. Tolu   06. Gumbrêg
  07. Wariga ning Wariga   08. Wariga   09. Julungwangi
  10. Sunsang   11. Dungulan   12. Kuningan
  13. Langkir   14. Mandasiha   15. Julung Pujut
  16. Pahang   17. Kuruwlut   18. Marakih
  19. Tambir   20. Madangkungan   21. Mahatal
  22. Wuyai   23. Manahil   24. Prang Bakat
  25. Balamukti   26. Wugu wugu   27. Wayang wayang
  28. Kulawu   29. Dukut   30. Watu Gunung


8) Muhirta.
      Didalam prasasti ada satuan waktu terkecil yang dikenal dengan nama Muhirta.
Muhirta adalah saat tertentu untuk memulai upacara, bepergian dan lain – lain.
Dalam perhitungan waktu di India dikenal ada 30 Muhirta dalam satu hari atau dalam 24 jam yang dikenal sekarang.
Satu Muhirta = 24 jam : 30 = 48 menit.

B. Unsur Penanggalan berdasarkan Peredaran Benda – benda Langit.

 

9) Yoga.
      Yoga adalah satu unsur penanggalan yang sering digunakan dalam penanggalan prasasti , Unsur ini juga merupakan salah satu unsur penting dalam sistem penanggalan di India.
Yoga adalah waktu selama gerak bersamaan antara bulan dan matahari pada posisi 130 20”. Dalam satu putaran bulan mengelilingi bumi ada 360o dibagi (:) 130 20” = 27 Yoga.
Satu Yoga lamanya = 0,941 hari, dengan demikian 27 Yoga akan membutuhkan 25,420 hari.
Nama – nama Yoga, adalah :

 

  01. Wiskambha   02. Priti   03. Ayusman
  04. Sobhagya   05. Sobana   06. Atiganda
  07. Sukarman   08. Dhrti   09. Sula
  10. Ganda   11. Wrddhi   12. Dhrwa
  13. Wyatighata   14. Harsana   15. Bajra
  16. Sidhi   17. Wyatipati   18. Wariyan
  19. Parigha   20. Siwa   21. Sidha
  22. Sadya   23. Subha   24. Sukla
  25. Brahma   26. Indra   27. Waidhrti


10) Naksatra.
      Unsur penanggalan penting lainnya adalah Naksatra atau kelompok bintang.
Ada 27 Naksatra dalam satu siklus, yaitu :

 

  01.Aswini   02. Bharani   03. Krtikka
  04. Rohini   05. Mrgasiras   06. Ardra
  07. Purnnawasu   08. Pusya   09. Aslesa
  10. Magha   11. Purwa Palguni   12. Uttara Palguni
  13. Hasta   14. Citra   15. Swati
  16. Wishaka   17. Anuradha   18. Jyest(h)a
  19. Mula   20. Purwasadha   21. Utarasadha
  22. Srawana   23. Dhanistha   24. Satabhisa
  25. Purwa Bhadrawada   26. Utara Bhadrawada   27. Rewati

 
Lamanya satu Naksatra bila dihitung dengan hari = 1,012 hari, sehingga 27 Naksatra akan memerlukan waktu selama 27,324 hari.

 

11. Dewata.
      Nama – nama Dewata yang sering ditemukan dalam prasasti – prasasti berhubungan dengan Naksatra-nya Dewata adalah penguasa dari waktu yang ditunjukkan dengan Nasksatra-nya.
Nama – nama Dewata itu adalah :

 

  01. Aswina   02. Yama   03. Agni
  04. Prajapati   05. Soma   06. Rudra
  07. Aditi   08. Brhaspati   09. Sarpa(h)
  10. Pitaro(ah)   11. Bhaga   12. Aryaman
  13. Sawitr   14. Twastr   15. Wayu
  16. Sakra   17. Mitra   18. Indra
  19. Apah   20. Wiswadewah   21. Wisnu
  22. Wasawah   23. Ajapada   24. Ahirbudhnya
  25. Pusa(n)   26. Naksatra Satabhisa   27. Naksatra Mula.


12. Grahacara.
      Unsur penanggalan lainnya adalah Graha, yaitu planet. Menurut penanggalan India terdapat 7 buah planet, yaitu :

 

  01. Ravi atau Surya = Matahari   02. Candra atau Soma = Rembulan
  03. Sukra = Venus   04. Budha = Merkurius
  05. Manggala = Mars   06. Brhaspati = Jupiter
  07. Sani = Saturnus  


Nama – nama Graha yang pernah tercantum dalam prasasti – prasasti Jawa Kuno sebanyak 11 buah, yaitu :

 

  01. Nairithistha, posisi : barat daya   02. Agneyastha, posisi : tenggara
  03. Anggarastha, posisi : barat laut   04. Adityasthana, posisi : timur
  05. Sunyasthana, posisi : tengah   06. Uttarasthana, posisi : utara
  07. Daksinastha, posisi : selatan   08. Pascimastha, posisi : barat
  09. Purwaasthana, posisi : timur   10. Bayabyastha, posisi : barat laut
  11. Aisanyastha, posisi : timur laut  

 

13. Parwesa.
       Unsur penanggalan ini jarang dibicarakan. Parwesa adalah nama dari suatu kelompok perbintangan atau penguasa tempat Astron, tetapi tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai kelompok bintang mana yang dimaksudkan disini.
Dari prasasti – prasasti diperoleh beberapa nama Parwesa : Sasi, Brahma, Kuwera, Nairitya, Yama, Agni, Baruna, Kala dan Indra.

14. Mandhala.
       Unsur penanggalan ini adalah lintasan edar atau orbit dari”benda angkasa”.
mandhala adalah “tiap – tiap daerah dari 8 pembagian langit tempat Naksatra berada.
Nama – nama dari Mandalah, adalah :

 

 

  01. Mahendra, penguasa : timur   02. Kuwera,penguasa : utara
  03. Baruna, penguasa : barat   04. Yama, penguasa selatan
  05. Agni, penguasa : tenggara   06. Surya, penguasa : barat daya
  07. Wayu, penguasa : barat laut   08. Siwa, penguasa : timur laut

 

Pembagian ini sama dengan pembagian dewa – dewa penjaga arah mata angin atau dikenal dengan Astadikpalaka.

 

15. Rasi.
      Rasi atau Zodiak pembagian langit secara geometris yang dapat diidentifikasi secara visual dengan bintang – bintang penanda. Pergerakan Matahari secara 3600 dibagi menjadi 12 bagian, masing – masing berukuran 300 dan diberikan nama sesuai dengan kelompok bintang yang terletak berdekatan dengannya.
Rasi berarti “sejumlah” atau “sekelompok” bintang.
Jumlah Zodiak yang digunakan dalam prasasti – prasasti Jawa Kuno sama dengan yang digunakan dan dikenal sampai sekarang, yaitu 12 Zodiak dalam jangka waktu 1 tahun, yaitu :

 

  01. Mesa = Aries   02. Wrsabha = Taurus
  03. Mithuna = Gemini   04. Karka(ta) = Cancer
  05. Singha = Leo   06. Kanya = Virgo
  07. Tula = Libra   08. Vrscika = Scorpio
  09. Dhanu(s) = Sagitarius   10. Makara = Capricornus
  11. Kumbha = Aquarius   12. Mina = Pisces


Menurut de Casparis, Zodiak dalam sistim penanggalan India merupakan unsur penanggalan yang digunakan untuk menentukan keistimewaan suatu hari, namun di Jawa untuk menentukan keistimewaan suatu hari itu digunakan kombinasi hari (wara) maupun wuku. Namun unsur penanggalan ini banyak dicantumkan didalam prasasti – prasasti Jawa Kuno terutama pada prasasti – prasasti abad ke 12 Masehi.

 

ikon-pdf

Sistim Penanggalan Pada Prasasti Medang - File Pdf

 

penutup

 

  • < 03 Komoditi Dagang Masyarakat Jawa Kuna
  • 05 Candi >