Mdang i Bhumi Mataram

beranda

ikon-buku-tamu

kerajaan-mataram-kuno

kumpulan-makalah

kumpulan-artikel

candi-yogyakarta
prambanan
   01 Kabupaten Sleman - 77
   02 Kabupaten Bantul - 7
   03 Kabupaten Gunung Kidul - 6
   04 Kabupaten Kulon Progo - 5
   05 Kota Madya Yogyakarta - 1

candi-jawa-tengah
borobudur
   01 Kabupaten Klaten - 13
   02 Kabupaten Magelang - 79
   03 Kabupaten Boyolali - 10
   04 Kabupaten Temanggung - 23
   05 Kabupaten Semarang - 14
   06 Kabupaten Banyumas - 8
   07 Kabupaten Wonosobo - 5
   08 Kotamadya Semarang - 5
   09 Kabupaten Kendal - 7
   10 Kabupaten Banjarnegara - 6
   11 Kabupaten Batang - 4
   12 Kabupaten Pemalang - 2
   13 Kabupaten Tegal - 2
   14 Kabupaten Brebes - 2
   15 Kabupaten Purwodadi - 1
   16 Kabupaten Kudus - 1
   17 Kabupaten Purworejo - 2
   18 Kabupaten Purbalingga - 1
   19 Kabupaten Kebumen - 2

 relief-borobudur
relief-O-01
01 Relief Karmawibhangga
02-Caca-Jataka-1
02 Relief Jataka

prasasti
ikon-prasasti

video
00-mataram-kuno-1
Aneka Video Medang

jumlah-pengunjung
368216
  Hari ini     :  Hari ini :354
  Kemarin     :  Kemarin :156
  Minggu ini   :  Minggu ini :506
  Bulan ini   :  Bulan ini :4205
  s/d hari ini   :  s/d hari ini :368216
Jumlah Kunjungan Tertinggi
28.10.2025 : 1113
Pengunjung Online : 74

kontak-admin
email-kidemang

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno - Halaman 12 / 25

Watukura yang menaklukkan Kanjuruhan itu, karena dari raja ini didapatkan prasasti Kubu – Kubu tahun 827 Saka (17 Oktober 905 M), yang menyebut bahwa pada zaman pemerintahannya telah terjadi penyerangan ke Banten, dan Banten dapat dikalahkan. [[1]] Berdasarkan nama – nama tempat yang lain didalam prasasti ini mungkin Banten itu harus dicari didaerah Jawa Timur.

 

3. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya

     Sebelum membicarakan masalah perpindahan pusat kerajaan itu baiklah terlebih dahulu disebutkan disini beberapa sumber prasasti dari masa sebelum perpindahan itu. Pertama – tama disebutkan disini prasasti di desa Lebak, Kecamatan Grabag (Magelamg), di lereng Gunung Merbabu, yang lebih dikenal dengan nama prasasti Tuk Mas. [[2]] Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu alam yang besar yang berdiri didekat suatu mata air. Hurufnya Pallawa yang tergolong muda, dan bahasanya Sanskerta. Menurut analisis paleografis dari Krom prasasti ini berasal dari pertengahan abad VII M. [[3]] Isinya pujian kepada suatu mata air yang keluar dari gunung, menjadi sebuah sungai yang mengalirkan airnya yang dingin dan bersih melalui pasir dan batu – batu, bagaikan Sungai Gangga. [[4]]

     Diatas tulisan itu dipahatkan bermacam – macam laksana dan alat – alat upacara antara lain cakra, sangkha, trisula, kundi, kapak, gunting, kudi, pisau, tongkat, dan empat bunga padma. laksana – laksana itu jelas menunjuk kepada agama Siwa. Dapat dibayangkan bahwa mata air itu dianggap sebagai sumber air yang suci, dan bahwa didekatnya tentu ada asrama pendeta – pendeta yang mengelola sumber air tersebut. [[5]]

     Prasasti yang kedua adalah prasasti Canggal, yang berasal dari halaman percandian diatas Gunung Wukir di Kecamatan Salam, Magelang. Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta, dan berangka tahun 654 Saka (6 Oktober 732 M). Dalam bait pertama dikatakan bahwa raja Sanjaya telah mendirikan lingga diatas bukit pada tanggal 6 Oktober tahun 732 M. Lima bait berikutnya berisi puji – pujian kepada Siwa, Brahma, dan Wisnu, dengan catatan bahwa untuk Siwa sendiri tersedia tiga bait. Bait ke-7 memuji – muji Pulau Jawa yang subur dan banyak menghasilkan gandum (atau padi) dan kaya akan tambang emas. Di Pulau Jawa itu ada sebuah bangunan suci untuk pemujaan Siwa yang amat indah, untuk kesejahteraan dunia, yang dikelilingi oleh sungai – sungai yang suci, antara lain

[1] Boechari, Prasasti Koleksi Museum Nasional, Jilid I, Jakarta 1985 / 1986, hlm. 155 – 159.

[2] H. Kern, “Het Sanskrit – inscriptie van Tuk Mas (Dakawu, res. Kedu; +- 500 A.D.)””; VG, VII, hlm. 201 – 2-4.

[3] Krom, HJG, 1931, hlm. 103. Pendapat diperkuat oleh J.G. de casparis, Indonesian Paleography, 1975, hlm. 23 -24.

[4] Disini disajikan transkripsi Boechari :
kwacit parwatasanujata
kwacic chilawaluka nirggateyam
kwacit prakirnna subhasitatoya sam-
prasutam -- .. – waganga.

[5] Krom, HJG, 1931, hlm. 102 – 103.

 

 penutup

  • < 11 Kerajaan Mataram Kuno - Halaman 11
  • 13 Kerajaan Mataram Kuno - Halaman 13 >