| Makalah Pengombyong (#14) |
|
Ungkapan ora ilok (larangan) pada masyarakat Jawa abstrak Ungakapan ora ilok (larangan) dalam bahasa Jawa, pada masyarakat Jawa di Jawa Timur merupakan suatu tradisi/budaya yang unik dan masih berkembang sampai saat ini pada masyarakat Jawa. Sebagai sebuah tradisi, ora ilok dalam bahasa Jawa mengandung pesan moral dan nilai-nilai kebaikan atau budi pekerti bagi masyarakat Jawa. Ungkapan tersebut dimaksudkan agar seseorang tidak melakukan perbuatan yang tidak sopan atau melanggar unggah-ungguh. Sebagai sebuah tradisi, ungkapan larangan ini merupakan bagian dari unsur kebudayaan, sehingga tulisan ini akan dikaji dengan menggunakan teori linguistik kebudayaan. Data dalam tulisan ini diperoleh dari tuturan lisan yang disampaikan oleh penutur bahasa Jawa. Sesuai dengan teori, dalam tulisan ini akan dibahas bentuk, fungsi, dan makna ungkapan ora ilok dalam bahasa Jawa. Di lihar dari bentuknya, ungkapan ora ilok berupa larangan, dengan disertai akibat dan tanpa disertai akibat serta umumnya diungkapkan dengan bahasa Jawa ragam ngoko. Dilihat dari fungsi dan maknanya ungkapan ora ilok ini dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu untuk anak-anak, untuk anak gadis, untuk wanita hamil, dan untuk umum. Kata kunci: ungkapan, ora ilok, pengajaran, budi pekerti 1. Pendahuluan Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang dikuasai oleh hampir seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah pulau Jawa. Bahasa Jawa sebagai produk masyarakat Jawa, merupakan cerminan budaya Jawa. Sifat dan perilaku masyarakat Jawa dapat dilihat melalui bahasa dan budayanya. Begitu juga perkembangan kebudayaan Jawa akan dapat memperkaya bahasa Jawa pada seluruh aspeknya. Kekayaan budaya dalam bahasa Jawa dapat dijadikan alat untuk meningkatkan budi pekerti atau tata krama, karena di dalam bahasa Jawa penuh dengan ajaran tata krama atau unggah ungguh, sehingga bahasa Jawa dapat dikatakan sebagai bahasa yang menyiratkan budi pekerti luhur, atau cerminan tata krama masyarakat Jawa. Sabdawara (2001) mengatakan bahwa bahasa Jawa dapat digunakan sebagai wahana pembentukan budi pekerti dan sopan santun karena kaya dan lengkap dengan perbendaharaan kata sebagai bahasa yang meliputi: fungsi, aturan atau norma kebahasaan, variasi atau tingkatan bahasa, etika dan nilai-nilai budaya yang tinggi dengan segala peran fungsinya. Dalam budaya Jawa terdapat banyak peribahasa dan ungkapan yang didalamnya terdapat ajaran keutamaan hidup bagi masyarakat Jawa dalam melakukan segala perbuatan. Peribahasa dan ungkapan sebagai salah satu ajaran hidup dalam masyarakat Jawa harus dipahami sesuai dengan konsep dan maknanya. Dengan pemahaman terhadap peribahasa/ungkapan dalam bahasa Jawa tersebut akan dapat ditemukan ajaran hidup yang sesungguhnya. Dengan demikian, ungkapan dapat dijadikan falsafah hidup bagi setiap individu ( Sugiarto, 2010). Di dalam budaya masyarakat Jawa terdapat bermacam-macam ungkapan. Salah satu ungkapan yang menarik untuk dikaji adalah ungkapan ora ilok. Makalah ini akan membahas salah satu jenis ungkapan dalam bahasa Jawa, yaitu ora ilok yang berupa larangan untuk melakukan suatu perbuatan yang kurang baik atau tidak sesuai dengan etika. Bagi orang Jawa, khususnya orang tua, ungkapan ora ilok menjadi salah satu ungkapan yang digunakan untuk mengingatkan sesuatu hal kepada anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Kalimat-kalimat yang mengikuti ungkapan ‘ora ilok’ mengandung nasihat-nasihat berisi pelajaran unggah-ungguh, etika, atau budi pekerti, dan merupakan tuntunan dalam melakukan segala tindakan dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pergaulan dengan masyarakat luas. Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah dalam tulisan ini adalah bentuk, fungsi, dan makna apa sajakah yang terkandung dalam ungkapan ora ilok dalam bahasa Jawa. Teori yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori linguistik kebudayaan Saussure dalam Indra (2007) yang mendekonstruksi paradigma baru kajian budaya strukturalisme atas tiga rincian sebagai satu kesatuan, yaitu bentuk (significant), fungsi (pemakaian, interaksi), dan makna (signifie). Data dalam tulisan ini diperoleh dari tuturan lisan yang disampaikan oleh penutur bahasa Jawa. Berdasarkan data, cukup banyak ungkapan ora ilok yang digunakan masyarakat Jawa di Jawa Timur. Akan tetapi, dalam tulisan ini akan dipaparkan beberapa contoh ungkapan ora ilok yang berhubungan dengan pelajaran sopan santun atau budi pekerti. Dari data yang diperoleh, ungkapan ‘ora ilok’ pada masyarakat Jawa di Jawa timur yang maknanya berkaitan dengan pelajaran berbudi pekerti dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu larangan yang ditujukan untuk anak-anak, anak gadis dan wanita dewasa, wanita hamil, dan semua usia (umum). 2.Pembahasan 2.1 Bentuk Ungkapan ora ilok Berdasarkan data, bentuk ungkapan ora ilok berupa: 1. Larangan 2. Larangan dengan menyertakan akibat Ungkapan ora ilok dalam bahasa Jawa yang menyertakan akibat jika seseorang melanggar larangan tersebut dapat dilihat pada contoh berikut: a. Ora ilok nglungguhi bantal, engko wudunen ‘tidak baik b. Ora ilok dolanan beras, engko tangane kithing ‘tidak baik c. Ora ilok perawan lungguh/ngadek neng ngarep lawang, mengko d. Ora ilok ngidoni sumur, mengko lambene guwing ‘tidak baik
(3) Larangan tidak menyertakan akibat
1. Ora ilok mangan karo turu ‘tidak baik makan sambil tidur’ 2. Ora ilok bocah wedok lungguh karo jigang ‘tidak baik anak 3. Ora ilok mangan karo ngomong ‘tidak baik makan sambil 4. Ora ilok mbuang uwuh neng longan ‘tidak baik membuang
(4) Bahasa Jawa ngoko
1. untuk anak-anak, 2. untuk anak gadis, 3. untuk wanita hamil 4. untuk umum.
Secara rinci, fungsi dan makna ungkapan ora ilok adalah sebagai berikut.
1. Ora ilok lungguh neng nduwur bantal, mengko wudunen ‘tidak baik 2. Ora ilok mbuka payung neng njero omah, mengko ibuke mati ‘tidak 3. Ora ilok dolanan beras, engko tangane kithing ‘tidak boleh bermain
b. Untuk Anak Gadis
1. Ora ilok perawan lungguh/ngadek neng ngarep lawang, mengko iso 2. Ora ilok anak perawan maem nyonggo piring, mengko ditampik joko 3. Ora ilok nyugokne geni nggawe sikil 4. Ora ilok bocah wedok lungguh karo jigang ‘tidak baik anak
(c) Untuk Wanita Hamil
1. Ora ilok, wong meteng mateni kewan, mengko anake cacat 2. Ora ilok, wong meteng lungguh neng tampah ‘tidak baik wanita
(d) Untuk umum
1. Ora ilok mangan karo ngomong ‘tidak baik makan sambil bicara’ 2. Ora ilok mangan karo mlaku ‘tidak baik makan sambil berjalan’ 3. Ora ilok ngidoni sumur, mengko lambene guwing ‘tidak baik 4. Ora ilok mbuwang uwuh neng longan ‘tidak baik membuang sampah 5. Ora ilok nyapu bengi-bengi ‘tidak baik menyapu malam-malam’
3. Ora ilok sebagai Pengajaran Berbudi Pekerti
♦ Indra, Ida Bagus Ketut Maha. 2007. Wacana Larangan pada Masyarakat ♦ Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. 2003. Jakarta: Balai ♦ Sugiarto, Joko. 2010. ‘Peribahasa Jawa sebagai Falsafah Bangsa ♦ Sabdawara. 2001. Pengajaran Bahasa Jawa Sebagai Wahana |















