Slawatan adalah salah satu bentuk teater tradisional yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Slawatan ini merupakan kesenian rakyat yang bernafaskan agama Islam, dan menggunakan alat musik rebana (terbang, Jawa) dan sejenisnya. Kesenian ini dinamakan Slawatan karena dalam pertunjukan para pemainnya mengucapkan/menyanyikan shalawat (pujian untuk nabi) atau paling tidak menampilkan unsur shalawat dalam pertunjukannya. Syair shalawat ini ditulis dalam sebuah buku yang disebut Kitab Barzanji, yang berisi puji-pujian atas kebesaran Nabi Muhammmad S.A.W. dan ikut bergembira atas kelahirannya di dunia. Jenis slawatan ini muncul ketika agama Islam mulai menyebar secara mendalam di kalangan masyarakat Jawa pada sekitar abad ke XVI. Kesenian Slawatan ini berfungsi sebagai alat penyiaran agama Islam, di samping sebagai tontonan/ hiburan yang menarik. Adapun yang termasuk kesenian slawatan adalah: (1) Slawatan Maulud; (2) Slawatan Laras Madya; (3) Barzanji; (4) Rodad/Slawatan Rodad; (5) Emprak; (6) Angguk; (7) Trengganan/kuntulan; (8) Peksi Moi; (9) nDolalak; (10) Badui; (11) Kobrasiswa; (12) Samroh/ Qosidahan. Slawatan Maulud. Slawatan Maulud inilah yang dikenal masyarakat umum sebagai kesenian Slawatan. Sejak dahulu sampai sekarang Slawatan Maulud ini tetap hidup seperti keadaan aslinya. Fungsinya adalah sebagai alat dakwah agama Islam. Kesenian ini sebenarya bukan seni pertunjukan, artinya dia tidak ditonton oleh umum. Kalau toh ada penonton di situ, kedudukan mereka lebih sebagai pendengar. Pementasan Slawatan Maulud ini bisa dijalankan minimal oleh enam orang dan maksimal oleh 40 orang, walaupun demikian biasanya dijalankan oleh sekitar 15 - 20 orang. Para pemain Slawatan menggunakan kostum realis yaitu pakaian yang dipakai sehari-hari dan tidak memakai rias muka. Biasanya permainan ini diadakan di masjid atau langgar tetapi sering juga di rumah penduduk. Vokal disampaikan dalam bentuk nyanyian berbahasa Arab. Pertunjukan ini tidak memakai naskah tetapi menggunakan pedoman kitab Barzanji. Ada juga teks yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa sehingga nyanyiannya berbahasa Jawa. Jenis ini disebut Slawatan Maulud Jawi. Penyelenggaraannya pada waktu malam hari selama kurang lebih 8 jam, dimulai dari jam 20.00 hingga jam 04.00. Alat penerangan yang digunakan disini adalah petrornak untuk waktu sekarang, dan lampu keceran atau lampu gantung di masa yang lalu. Instrumen musik yang dipakai antara lain adalah rebana yang terdiri atas beberapa buah menurut ukuran dan nada, kendang (dodog dan beb), kempul, kenting, ketuk dan gong. Pemain kesenian Slawatan ini semuanya laki-laki.