Angguk termasuk tarian rakyat yang sudah agak tua. Kesenian ini biasanya dipertunjukkan dalam rangka memperingati hari besar Islam, terutama hari lahir serta wafatnya Nabi Muhammad S.A.W. Dalam penyajiannya tarian ini termasuk tarian kelompok berpasangan dan berfungsi sebagai tontonan/hiburan bagi rnasyarakat desa. Jumlah pendukung kesenian ini secara keseluruhan ada sekitar 50 orang dengan perincian 10 orang sebagai pemain musik serta vokalis, dan yang 40 orang lainnya menjadi penari. Para pemain adalah laki-laki yang berusia antara 30 - 45 tahun. Berkenaan dengan penggarapan. artistik kesenian ini Penari tanpa rnenggunakan rias muka, sedang kostum yang dipakai terdiri dan blangkon, jamang, kacamata dan srempang’, para penarinya membawa kepet (kipas). Dalam pertunjukan kesenian Angguk ini ada seorang yang bertugas sebagai dalang, dengan dibantu oleh seorang pembaca kitab Barzanji yang ditulis dengan tulisan Arab dan berbahasa Arab pula. Kelompok penari Barzanji bersaut-saut dengan pembaca buku yang disebut dalang Gerakan penari Angguk mi sederhana dan diulang - ulang. Mereka menggerak-gerakkan kipas. Ketika tiba saatnya penari untuk menyanyi maka gerak tariannyapun akan lain, yaitu akan disesuaikan dengan lagu tersebut. Ketika berada dalam posisi duduk, anggauta badan yang bergerak adalah kepala dan tangan. Gerakan kepala inilah yang membuat kesenian ini dinamakan Angguk. Para pemain duduk berpasang-pasangan dan pada waktu srokal semuanya berdiri. Saat berdiri inilah tarian akan ditambah dengan gerakan kaki. Pertunjukan Angguk dilakukan dalam arena dengan desain lantai lurus. Kesenian ini biasanya memakai tempat emper (serambi) rumah atau kuncung rumah sebagai arena pementasan dan sebagai iringannya dipergunakan terbang genjreng sebanyak tiga buah dan satu jedor. Pertunjukan ini dilaksanakan pada waktu malam hari dan memakan waktu 4 jam atau 5 jam, dari jam 21.00 hingga jam 02.00. Alat penerangan yang digunakan pada jaman dulu adalah gembung atau lampu triom. Pada masa sekarang orang menggunakan lampu petromak.