Ki-demang.com : Kongres Bahasa Jawa 5

Kaca Ngajeng

logo-kbj5


ikon-buku-tamu

Kesekretariatan

Alamat-Sekretariat
Badan-Pekerja
Rencana-Kerja
Jadwal-Kongres

Pendaftaran

Pendaftaran-(B-Indonesia)
Pendaftaran-(Bhs-Jawa)
Pendaftaran-(Carakan)

Data & Seleksi Makalah

Data-Abstrak-Makalah
Teknis-Penulisan-Makalah
Hasil-Seleksi-Makalah

Isi Makalah

Makalah-Kunci
Makalah-Komisi-A
Makalah-Komisi-B
Makalah-Komisi-C
Makalah-Komisi-D
Makalah-Komisi-E
Makalah-Pengombyong

Rekomendasi - KBJ 5

Isi-Rekomendasi-KBJ-5

Daftar Peserta

Peserta-Luar-Negeri
Peserta-Institusi-Lembaga
Peserta-DI-Yogyakarta
Peserta-Jawa-Timur
Peserta-Jawa-Tengah
Rekap-Peserta

Galeri Foto - KBJ 5

Galeri-Foto-KBJ-5

  Jumlah Pengunjung

1863026
Hari ini     :Hari ini :19
Kemarin     :Kemarin :118
Minggu ini   :Minggu ini :855
Bulan ini   :Bulan ini :713
s/d hari ini   :s/d hari ini :1863026
Jumlah Kunjungan Tertinggi
02-23-2025 : 310
Pengunjung Online : 3

Kontak Admin.

email-kidemang

Makalah Komisi - C - (#32)

 

Boso Suroboyoan Dalam Suvenir Cak Cuk :
Cermin Identitas Penuturnya
Foriyani Subiyatningsih


Abstrak


Suvenir Cak Cuk adalah cenderamata khas Surabaya berupa kaos dengan desain kreatif  khas Surabaya yang berisi pesan moral, sindiran, dan kritik sosial terhadap kondisi di Surabaya dan Indonesia pada umumnya. Tema dalam kaos Cak Cuk sangat kental dengan budaya lokal. Makalah ini akan mengkaji Boso Suroboyoan dalam suvenir Cak Cuk cermin identitas penuturnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari hasil print-out desain kaos Cak Cuk yang diperoleh dari internet. Hasil analisis Boso Suroboyoan dalam suvenir Cak Cuk cermin identitas penuturnya berupa kata sapaan, kata-kata kasar, campur kode  dan plesetan.

Kata-kata Kunci: Basa Suroboyoan, Cak Cuk,  identitas penuturnya

1. Pengantar


Bahasa merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat) dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya atau orang lain. Bahasa memiliki dua fungsi  yaitu fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah kuna, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Goo dalam  http//id.wikipedia org/Budaya)
Boso Suroboyoan merupakan dialek Bahasa Jawa. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah memiliki fungsi sebagai

1. lambang kebanggaan daerah,

2. lambang identitas daerah, dan

3. alat perhubungan di dalam keluarga dan masyrakat daerah,

4. sarana pendukung kebudayaan daerah, dan

5. pendukung bahasa dan sastra daerah (Alwi:2000).

Bahasa daerah merupakan cermin kehidupan masyarakat di daerah itu, baik berupa cara berpikir, kandungan emosional, kebijaksanaan, maupun perjalanan gagasan dari masa lalu sampai sekarang (Rossyana (2000) dalam Rahardjo (2001:158).
Identitas etnis saat ini masih merupakan identitas yang penting. Weinreich (1985) menyebutkan bahwa identitas sosial, termasuk identitas etnik merupakan penggabungan ide-ide, perilaku, sikap, dan simbol-simbol bahasa yang ditransfer dari generasi ke generasi melalui sosialisasi. Jadi, identitas etnik seseorang tidak berhenti ketika orang ditasbihkan sebagai anggota etnik tertentu melalui bukti ‘darah’. Akan tetapi identitas itu terbentuk melalui sosialisasi dalam keluarga dan masyarakat lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas, makalah  ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian basa Suroboyoan dalam sauvenir Cak Cuk cermin identitas penuturnya. Cak Cuk Surabaya kata kata kota kita adalah merk suvenir khas Surabaya.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Data penelitian ini berupa kata-kata, frasa, klausa, kalimat, kalimat, wacana plesetan hasil print-out desain kaos Cak Cuk yang diperoleh dari internet.

2. Gambaran Umum Kota Surabaya

Kota Surabaya adalah ibukota provinsi Jawa Timur. Kota terbesar nomor dua di Indonesia. Surabaya terletak di tepi pantai utara provinsi Jawa Timur, berbatasan dengan Selat Madura di Utara dan Timur, Kabupaten Sidoarjo di Selatan, dan Kabupaten Gresik di Barat. Surabaya berada pada dataran rendah, ketinggian antara 3--6 m di atas permukaan laut kecuali di bagian Selatan ketinggiannya antara 25--50 m di atas permukaan laut dan di bagian barat sedikit bergelombang.
Jumlah penduduk kota Surabaya menurut sensus penduduk 2010 sebanyak 2.765.908 jiwa. Penduduk Surabaya terdiri atas suku Jawa (83,68%), suku Madura (7,5%), Tionghoa (7,25%), Arab (2,04%), dan sisanya merupakan warga asing.
Surabaya memiliki Boso Suroboyoan yang merupakan dialek Bahasa Jawa. Boso Suroboyoan digunakan oleh orang Jawa “Suroboyoan” yang wilayah keberadaannya di samping secara administratif berada di kota Surabaya juga berada di Mojokerto, Sidoarjo, Jombang, Gresik, Pasuruan, Batu, dan Malang, serta di sebagian kecil wilayah Lamongan dan Kediri (Adipitoyo,2008:112). Sifat budaya masyarakat Surabaya yang egaliter, terbuka, dan terus terang memengaruhi bahasa yang digunakan sehingga Boso Suroboyoan dianggap sebagai bahasa yang lugas, spontan, berkarakter, dan berkesan kasar apabila dibandingkan dengan bahasa Jawa yang digunakan di Yogyakarta dan Surakarta (Prawiranegara 2004 dalam Winiasih 2010:208).

3. Cak Cuk Surabaya kata kata kota kita


Cak Cuk Surabaya kata kata kota kita (selanjutnya ditulis Cak Cuk) adalah merk suvenir khas Surabaya.  Kata Cak adalah sapaan untuk kakak laki-laki, pria dewasa, dan panggilan akrab antarteman yang berjenis kelamin laki-laki. Kata Cuk merupakan umpatan kotor dalam Boso Suroboyoan. Kata cuk berasal dari kata jancuk  yang berarti disetubuhi. Namun, kata (Jan)cuk juga diartikan sebagai tanda keakraban di samping sebagai sapaan persahabatan arek-arek Suroboyo.
Perusahaan Cak Cuk didirikan pada tanggal 10 November 2005. Pendiri dan pemilik Cak Cuk adalah pria kelahiran Surabaya 28 Mei 1976 bernama Dwita Roesmika, SE. Ak.. Adapun logo Cak Cuk tampak dalam gambar (1) berikut.

Gambar 1: LOGO CAK CUK SURABAYA KATA KATA KOTA KITA

(Sumber: Brosur resmi Cak Cuk)

Desain kaos Cak Cuk sangat khas masyarakat Surabaya. Kekhasan itu terletak pada gambar dan  tulisan yang berisi pesan moral, sindiran, dan kritik sosial terhadap kondisi yang ada di Surabaya dan Indonesia pada umumnya. Pesan-pesan itu disampaikan dengan gaya bertutur yang menggelitik dan penuh kelucuan sehingga mengundang senyum orang yang melihatnya. Bahkan, topik yang serius pun  ditampilkan Cak-Cuk dengan gaya yang kocak. Desain Cak Cuk mengangkat tema kearifan lokal yang unik, yaitu Surabaya sebagai Kota Pahlawan, Kota 1001 Makanan, Kota Misuh, Kota Esek-esek, Kota Buaya, dan Kota Bonek (Sumber: Brosur resmi Cak Cuk). Kearifan lokal dalam bahasa asing dikonsepsikan sebagai local wisdom ‘kebijaksanaan setempat’, local knowledge ‘pengetahuan setempat’, atau local genius ‘kecerdasan setempat’, yaitu pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka (Said:2008). Kearifan-kearifan lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan dalam pembentukan jati diri bangsa secara nasional. Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu bangsa memiliki akar. Berikut contoh tulisan di suvenir Cak Cuk.Pada contoh (1) tulisan yang bertema Kota Pahlawan, contoh (2) bertema Kota Buaya, contoh (3) bertema Kota Bonek, contoh (4) bertema Kota Misuh, contoh (5) bertema Kota 1001 Makanan, dan  contoh (6) bertema Kota Esek-Esek.
Contoh:

1. Djembatan Merah/ the spirit of never endingheroes legend/
    LEGENDA KOTA PAHLAWAN/ Di saat orang kota lain membakar
    kota sendiri saat diserang musuh atau memindahkan
    pemerintahannya ke kota lain, atau mundur dan bergerilya orang
    Surabaya tetap berjuang mempertahankan kehormatannya sampai
    mati

2. AWAS/ BUAYA DARAT/ SURABAYA/ KOTA BUAYA/DAERAH
    PERAWAN KECELAKAAN

3. Bonek/ juga manusia/ punya rasa punya hati/ ”sesungguhnya di
    antara LANGIT DAN BUMI INI/ TIADA SATU PUN YANG
    DICIPTAKAN TUHAN DENGAN SIA-SIA”/ Bahkan Tuhan
    menciptakan Bonek pun pasti ada gunanya. Serius!

4. Kota Mesopolitan/ SURABAYA KOTA MISUH

5. PERIODIC TABLE OF FOOD/ TABEL PERIODIK MAKANAN/
    SATU BULAN DI SURABAYA/ lontong balap, rawon, tempe
    penyet, tahu tek, lontong lodeh, tahu campur, rujak cingur, lontong
    mie, nasi campur, semanggi, sega sambel, gule maryam, pecel lele,
    lontong kikil, segoo welut, mie duk-duk, soto ambengan, bakso kikil,
    nasi wader, sate kelopo, gado-gado, nasi kebuli, kare kambing,
    kupang lontong, sego bebek, bakwan campur, penyetan pe, nasi
    babat/ Tabel ini bisa anda gunakan selama sebulan penuh dalam
    menerapkan ilmu anti-diet di kota Surabaya

6. UGD 24 JAM/ SEX ARMY/ unit Gairah Darurat/ DIPONEGORO/
    BAMBU RUNCING/ ROLAK GN SARI/ IRBA/ JAGIR/ DOLLY/
    MORO SENENG/ JARAK-SENG/ BAN SEPUR/ WONOKROMO/
    KENJERAN

 

Kaos Cak Cuk juga dikenal sebagai Kaos Binal Desain Nakal. Julukan itu berkaitan dengan desain gambar dan kata-kata bertema seputar dunia esek-esek yang merupakan hot area Surabaya--terutama Dolly--yang terkenal di Indonesia bahkan se-Asia Tenggara.  Produk Cak Cuk lainnya  berupa pin, asbak, tas, kalender, sandal, topi, dan permainan monopoli. Beberapa contoh desain Cak Cuk tampak pada gambar (2) berikut.

Gambar 2: DESAIN CAK CUK SURABAYA KATA KATA KOTA KITA

Sejak didirikan Cak Cuk telah memiliki empat outlet, yaitu di Jalan Raya Mayjen Sungkono no.35, Raya Dharmawangsa no.35, Raya Suramadu no.71, dan di Bandara Juanda Surabaya. Cak Cuk juga memiliki website di www.cak-cuk.com untuk informasi dan www.javadistro.com untuk pemasaran online.

4.  Boso Suroboyoan sebagai Identitas Penuturnya
Boso Suroboyoan selain sebagai media ekspresi diri, media komunikasi,  media untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial juga merupakan alat untuk menunjukkan identitas penuturnya. Sebagai identitas diri, bahasa akan menjadi penunjuk karakter pemakai bahasa tersebut. Pemakaian Boso Suroboyoan dalam suvenir Cak Cuk adalah berupa sapaan, kata-kata kasar, campur kode, dan plesetan.

4.1  Sapaan


Kridalaksana (1974:14) mengatakan bahwa semua bahasa memunyai sistem tutur sapa, yakni sistem yang mempertautkan seperangkat kata-kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyapa para pelaku dalam suatu peristiwa. Pemakaian Boso Suroboyoan dalam suvenir Cak Cuk adalah pemakaian kata sapaan. Supriyanto,dkk. (1986:177—192) mengelompokkan bentuk sapaan bahasa Jawa Dialek Jawa Timur menjadi enam, yaitu kata ganti, nama, pangkat (jabatan), kata kekerabatan, kata kekerabatan + e (ne), dan kata benda. Kata sapaan yang ditemukan dalam  suvenir Cak Cuk tampak pada contoh berikut.
Contoh:


(7)  MBOKNE ANCUK/ Mother Fucker/ you ‘ve mother Fucker/ Koen
       iku ancene mbokne Ancuk!/ (Bahasa Indonesiane apa ya?)

(8)  20.000 PEAPLE KILLED/ IN SURABAYA 10 TH NOVEMBER
       1945/ APAPUN ALASANNYA/ INGGRIS HARUS MINTA
       MAAF. Sapaan: Cak Man,
       Lik Bowo, Wak Min, Buk Saodah, Pak Kemi, Ko Tan Hwa, Kak
       Mat, Yu Minem, Mas Agus, Pakde Kalam, Sersan Hamid, Mba
       Parti, Kaji Ilham, Pak Sabar,
      Kak Halim, Mbah Giman,...


Pada contoh (7) terdapat kata sapaan koen dan mbokne. Pada contoh (8) Cak Man, Lik Bowo, Wak Min, Buk Saodah, Pak Kemi, Ko Tan Hwa, Kak Mat, Yu Minem, Mas Agus, Pakde Kalam, Sersan Hamid, Mba Parti, Kaji Ilham, Pak Sabar, Kak Halim, Mbah Giman.
Koen ‘sapaan untuk orang kedua tunggal’, Cak (bentuk Singkat dari Cacak) ‘sapaan kekerabatan untuk kakak laki-laki,sapaan untuk orang laki-laki’, Lik (bentuk singkat dari Paklik/Bulik)’ sapaan untuk saudara muda laki-laki/perempuan orang tua’, WakPakde ‘sapaan terhadap saudara tua laki-laki orang tua’, Sersan ‘sapaan berdasarkan jabatan’, Mba,  Kaji ‘sapaan untuk orang laki-laki yang sudah menunaikan ibadah haji’, Pak (bentuk singkat dari Bapak) ‘orang laki-laki dewasa, sapaan kekerabatan untuk menyapa orang tua laki-laki’’, Ko ‘sapaan untuk laki-laki etnis Cina’, Kak (sapaan untuk orang yang usianya lebih tua baik laki-laki maupun perempuan’, Mbah ‘sapaan untuk orang laki-laki yang sudah tua, sapaan kekerabatan untuk menyapa orang tuanya ayah/ibu’.

4.2  Kata-kata Kasar


Kata kasar termasuk kata afektif. Menurut Kridalaksana (1984:2) kata afektif adalah kata yang memunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan (emotif). Kata-kata kasar boso Suroboyoan yang ditemukan suvenir Cak Cuk tampak pada contoh berikut.
Contoh:


(9)  MBOKNE ANCUK/ Mother Fucker/ you ‘ve mother Fucker/       
       Koen iku ancene mbokne Ancuk!/ (Bahasa Indonesiane apa ya?)

(10)  MASIH ADA 13 LAGI/ CARI SENDIRI, CUK! DIBUAT,
         DICETAK, DIJUAL CUMAK DI SURABAYA OLEH
         CAK-CUK SURABAYA/ PERINGATAN KERAS: AWAS,
         KAOS KHUSUS DEWASA!! JAUHKAN DARI JANGKAUAN
        ANAK-ANAK DI BAWAH UMUR bathuk sempal/ matamu
        picek/ untumu / jancuk/ nyocot ae/ gegermu mlocot

 

Kata-kata kasar pada contoh (9) adalah kata mbokne ancuk ‘ibunya bersetubuh’, dan pada contoh (10) adalah kata bathuk sempal, matamu picek ‘matamu buta’, untumu ‘gigimu’, jancuk (bentuk singkat: cuk) ‘disetubuhi’, nyocot ae ‘masih  terus berbicara meskipun orang yang mengajak bicara sudah diam’, gegermu mlocot‘

4.3 Campur Kode


Bahasa yang digunakan dalam suvenir Cak Cuk adalah Bahasa Indonesia dan Boso Suroboyoan. Namun, sebagian besar desain–desainnya memanfaatkan peristiwa campur kode. Campur kode yang terjadi dalam suvenir Cak Cuk adalah penyisipan kode Bahasa Indonesia, Bahasa Betawi,  Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, dan Bahasa Belanda. Data yang akan dikaji dalam makalah ini hanya data yang menggunakan Boso Suroboyoan. Pengertian campur kode (code mixing) menurut Kachru dan Thelander dalam Sobarna (1997) dan Nababan (1984). adalah bentuk penyelipan kata atau frase yang berasal dari bahasa atau ragam bahasa yang berbeda. Peristiwa campur kode  merupakan roses pengambilan unsur bahasa lain sebatas aspek kata atau frase . Campur kode  itu tampak pada contoh berikut.

Contoh:


(11)  BECAK CYCLES/ PAKLEK DARSONO/ SEMBOYAN
         BECAK/ ”TELUNGEWU NJALUK SLAMET (bayar cuma tiga
         ribu rupiah)”

(12)  YIN SURO YANG BOYO/ KALO PIGI LIAK-LIAK
          SURABAYA, ISA NDAK ISOBO’ LUPA MAMPIRO
         TEMPATE/ CAK CUK SURABAYA, NANTIK DARIPADA
         SAMPEK RUMAH NYESEL SORO

Pada kalimat contoh (11) terjadi peristiwa campur kode, yaitu penyisipan kode Bahasa Indonesia berupa klausa semboyan becak  dan  (bayar cuma tiga ribu rupiah), serta penyisipan kode Bahasa Inggris berupa klausa becak cycles ke dalam kode Boso Suroboyoan. Pada contoh (12) terjadi penyisipan kode Bahasa Indonesia dialek Tionghoa berupa kata dan klausa, yaitu yin yang, kalo pigi liak-liak ‘kalau pergi lihat-lihat’, isa ndak iso bo’ lupa mampiro tempate ‘bisa tidak bisa jangan lupa singgah di tempatnya’, nantik ‘nanti’, sampek ‘sampai’, nyesel ‘menyesal’, serta penyisipan kode Bahasa Indonesia berupa kata Surabaya dan klausa Cak Cuk Surabaya.

4.4  Plesetan


Salah satu bentuk variasi bahasa dilihat dari segi pemakaian adalah plesetan. Pateda (2001:113--114) dalam Haryanto mengatakan ”...plesetan dapat digambarkan sebagai kegiatan berbahasa yang mengutamakan pembentukan berbagai pernyataan dan aneka makna yang dimungkinkan oleh sifat sewenang-wenang pada kaitan penanda-makna-realitas empirik”.  Heryanto (1995:5—6) membagi bentuk yang diplesetkan atas tiga jenis.
.... Pertama, jenis plesetan untuk plesetan itu sendiri. Pada jenis ini yang terjadi adalah kenikmatan bermain-main kata di dalam bahasa itu sendiri tanpa memperdulikan kaitannya dengan dunia di luar bahasa. Kedua, yakni  plesetan alternatif, plesetan yang mengajukan sebuah penalaran atau acuan alternatif terhadap yang sudah atau sedang lazim dalam masyarakat. Contohnya, peribahasa yang berbunyi Sambil menyelam minum air, diplesetkan menjadi Sambil menyelam minum kopi. Ketiga, plesetan oposisi karena plesetan ini memberikan nalar dan acuan yang secara konfrontatif bertubrukan atau menjungkirbalik apa yang sudah atau sedang lazim dalam masyarakat. Contohnya, singkatan RSS ‘rumah sangat sederhana’ diplesetkan menjadi ‘rumah sangat sengsara’.

Bahasa plesetan pada tulisan dalam suvenir Cak Cuk  ada yang berbentuk peribahasa, pantun, parikan, semboyan, singkatan, dan  lagu populer seperti tampak pada contoh  berikut.

Contoh:


(13)   Balsem tjap njonja kenteer/ OBAT LOEAR/ BALSEM GOSOK/
         TJAP NJONJA KENTEER/ PABRIK DJAMU TRADISIONAL/
         NJONJA KENTEER/
          SOERABAJA/ Bikin Semboeh Segala Matjem Penyakit.

          Korengen            Gondongen          Kapalen
          Kopoken             Sawanen              Cacingen
         Timbilen              Bedegelen            Loempangen
         Bonongen             Mimisen                ....

(14)   GODHONG KATES/ urap-urap, buntil, bothokan/ BUKAN
          GANJA/ Daun Pepaya tidak memabukkan bahkan menyehatkan

(15)  SOERABAJA 1942/ CAK DURASIM/ BERPANTUN:
        BEKUPON OMAHE DORO/ MELOK NIPON TAMBAH SORO
         artinya BEKUPON KANDANGUNTUK BURUNG DARA/
         IKUT NIPON (JEPANG) TAMBAH SENGSARA/
         AIWA DAIHATSU FUJIFILM TOYOTA ATARI GAMES SEGA
         CASIO HONDA TOSHIBA FUJITSU HITACHI YAMAHA
         KAWASAKI KONICA MINOLTA KUBOTA MATSUSHITA
         NINTENDO ISUZU SEIKO SONY SANYO MITSUBISHI
        SUZUKI/TERNYATA KITA BELUM “MERDEKA”/ DULU
        DIJAJAH ORANG JEPANG/ KINI DIJAJAH PRODUK
        JEPANG

(16) TUBRUCK COFFEE/ Kopi Tubruk Suroboyo/ kopi tubruk! kopi
        susu! kopi pahit! kopi jahe/ Kopi Tubruk Gula Abang, Bojo
        Ngamuk Ditinggal Begadang

(17)  HOTEL ORANYE/ TALI DUK TALI LAYANGAN/ NYOWO
        SITUK ILANG -  ILANGAN/  SOERABAJA, 19 SEPTEMBER
        1945

(18)   BECAK CYCLES/ PAKLEK DARSONO/ SEMBOYAN
        BECAK/”TELUNGEWU NJALUK SLAMET (bayar cuma tiga
        ribu rupiah)”

(19)   distro van soerabaja/ CUCAK ROWO/ Dowo buntute, nek
          digoyang/Serrr...aduh enake

(20)   BALONKU ADA LIMA/ RUPA-RUPA WARNANYA/ DI
          SURABAYA BALON TIDAK CUMA LIMA/ TETAPI LIMA
         RIBU LEBIH/ ENSIKLOPEDI: BALON
         DALAM BAHASA SURABAYA BERARTI WANITA NAKAL

(21)   LKMD/Lamaran Keri Meteng Dhisik/ Married By Accident
(22)   THE BEST OF BOND/ JAMES BONEK/ 007/ BONEK/
         Bondho Nekat/ Tambaksari Never Dies

Pada contoh (13) njonja kenteer merupakan bentuk plesetan berupa plesetan untuk plesetan itu sendiri, yaitu dari njonya meneer, contoh (14)—(20) plesetan alternatif yang dalam suvenir Cak Cuk  ada yang berbentuk peribahasa, pantun, parikan, semboyan, lagu populer, dan contoh (21) plesetan oposisi berupa singkatan.

5. Simpulan


Bahasa daerah berfungsi identitas penutur atau pemilik bahasa tersebut. Pemakaian Boso Suroboyoan dalam suvenir Cak Cuk cermin identititas penuturnya adalah sebagai berikut.

1. Kata sapaan,berupa kata sapaan  koen dan mbokne, Cak Man, Lik
    Bowo, Wak Min, Buk Saodah, Pak Kemi, Ko Tan Hwa, Kak Mat, Yu
    Minem, Mas Agus, Pakde Kalam, Sersan Hamid, Mba Parti, Kaji
    Ilham, Pak Sabar, Kak Halim, Mbah Giman.

2. Kata-kata kasar, yaitu kata mbokne ancuk ‘ibunya bersetubuh’,
    bathuk sempal , matamu picek ‘matamu buta’, untumu ‘gigimu’,
    jancuk (bentuk singkat: cuk) ‘disetubuhi’, untumu ‘gigimu’, nyocot
    ae ‘masih  terus berbicara meskipun orang yang mengajak bicara
    sudah diam’, gegermu mlocot ‘.

3. Campur kode berupa penyisipan kode Bahasa Indonesia, Bahasa
    Betawi,  Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, dan Bahasa Belanda.

4. Plesetan berupa plesetan untuk plesetan itu sendiri, plesetan
    alternatif, dan plesetan oposisi pada tulisan dalam suvenir Cak Cuk 
    ada yang berbentuk peribahasa, pantun, parikan, semboyan, lagu
    populer, dan singkatan.

DAFTAR RUJUKAN

♦ Alwi,Hasan.2000. “Kebijakan Bahasa Daerah pada Konferensi Bahasa
   Daerah  6 s.d. 8 November 2000 di Jakarta”.  Makalah.Jakarta.

♦ Adipitoyo,Sugeng, 2008. “Orang Jawa Subetnik Surabaya”  dalam
   Pemetaan Kebudayaan di Provinsi Jawa Timur Sebuah Upaya Pencarian
   Nilai-Nilai Positif. Ayu Sutarto dan Setya Yuwana Sudikan (Ed.).
   Surabaya: Biro Mental Spiritual Pemerintah Provinsi Jawa Timur
   bekerjasama dengan Kompyawisda Jatim—Jember.

♦ Haryanto, Ariel.1995. ”Pelecehan dan Kesewenang-Wenangan
   Berbahasa. Plesetan dalam Kajian Bahasa dan Politik di Indonesia”.
   Makalah PELLBA IX. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya
   (1—19)

♦ Kridalaksana, Haarimurti.  l984.Kamus Linguistik.Jakarta: Gramedia.

♦ Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik Sebuah Pengantar. Jakarta:
   Gramedia.

♦ Oktavianus. 2006. Analisis Wacana Lintas Bahasa.Padang: Andalas
   University Press.

♦ Pateda, Mansoer. 2001. Sosiolinguistik. Gorontalo: Viladan.

♦ Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
   Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta
   Wacana University Press.

♦ Supriyanto, Henricus,dkk. 1985. Penelitian Bentuk Sapaan Bahasa Jawa
   Dialek Jawa Timur. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
   Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

♦ Sobarna, Cece, dkk. 1997. Kehidupan Bahasa Sunda di Lingkungan
   Remaja Kodya Bandung. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan

   Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

   Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa
   Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka

♦ Vitalis Goo, Vitalis. “DARI BAHASA DAERAH, KEMUDIAN
   BAHASA NASIONAL, AHIRNYA BAHASA INTERNASIONAL
   Dapatkah Generasi Kita Mempertahankan Bahasa Daerah atau Bahasa
   Ibu Ditengah Ramainya Globalisasi?”. Internet. http//id.wikipedia
   org/Budaya

♦ Winiasih,Tri. 2010. “Karakteristik Penggunaan “Basa Suroboyoan”
   dalam Ludruk” dalam Menyelamatkan Bahasa Ibu sebagai Kekayaan
   Budaya Nasional kumpulan makalah Seminar Internasional Hari Ibu
   2010. Jatinagor: Alqa bekerja sama dengan Balai Bahasa Bandung dan
   Ikatan Duta Bahasa Jawa Barat.


BIODATA

Nama                                 :  Dra. Foriyani Subiyatningsih, M.Hum.
NIP                                    :  196308131990032001
Pangkat/Golongan              :  Penata  Tingkat I / IIId
Tempat dan Tanggal Lahir :  Purworejo, 13 Agustus 1963
Pekerjaan                          :  Peneliti pada Balai Bahasa Surabaya
Alamat Kantor                  :  Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo
Telefon                              :  Kantor (******************)
Rumah : (******************), HP : (******************)
Pendidikan                        :  Sarjana Sastra Indonesia, UGM, tahun1987;
                                        Magister Ilmu Humaniora, Prodi Linguistik, UGM, tahun                             2005


Pengalaman pekerjaan
: 
1990 - 2000 : Pembantu Pimpinan pada Bidang Sejarah dan Nilai-Nilai Tradisional Kanwil Depdikbud Provinsi Jawa Timur;
2000 - sekarang : Peneliti pada Balai Bahasa Surabaya

ikon pdf


kds penutup
wangsul-manginggil 

  • < 31 Dongeng Saka Pesisir: “Derwis Nggugat Kaswargan”
  • 33 Pranatacara dalam Bahasa Jawa sebagai Sumber Kearifan dalam Kehidupan Bermasyarakat >

Ki-demang.com : Kongres Bahasa Jawa 5, Dibuat oleh: Ki Demang Sokowaten About - Privacy