| Makalah Pengombyong - (#25) |
|
Kearifan Lokal Budaya Jawa sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia Abstrak Globalisasi akan menghilangkan sekat-sekat budaya satu dengan lainnya. Dalam era itu karakter budaya tertentu akan menjadi semakin samar dan tergantikan dengan budaya global yang bersifat umum. Kecenderungan warna budaya tertentu yang berbasis budaya etnis akan semakin luntur, termasuk perlakuan terhadap budaya Jawa. Saat ini sudah saatnya konsep globalisasi dimaknai ulang agar budaya Jawa dapat berdiri kukuh bersanding dengan budaya lain baik di tingkat nasional, regional, bahkan pada tingkat internasional. Salah satu upaya untuk mengenalkan dan mempertahankan budaya Jawa yang komprehensif adalah melalui dunia akademis. Salah satu upaya tersebut dapat melalui pembuatan bahan ajar yang berbasis pada kearifan lokal budaya Jawa untuk pembelajaran BIPA. Kegiatan ini selain bermanfaat bagi pemelajar BIPA, juga akan membantu dalam upaya pemeliharaan dan pendokumentasian budaya Jawa. Bahan ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk merevitalisasi budaya Jawa dan sebagai pemicu ketertarikan orang asing dalam mengenal budaya Jawa yang pada akhirnya orang asing akan semakin mengerti dan memahami keluhuran budaya tersebut. Budaya Jawa memiliki kearifan lokal yang sangat kaya. Kearifan lokal terdapat dalam semua aspek kehidupan budaya Jawa. Kekayaan dan keberagaman kearifan lokal inilah yang akan dikembangkan sebagai bahan ajar BIPA. Selain kandungan kearifan lokal yang sangat menarik, saat ini juga ada anjuran UNESCO untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan kearifan lokal kepada masyarakat dunia yang dapat digunakan sebagai solusi alternatif dalam menangani permasalahan kehidupan. Untuk itu, kearifan lokal budaya Jawa perlu diangkat, didokumentasikan, dilestarikan, dan direvitalisasi. Dalam makalah ini akan diuraikan bagaimana kearifan lokal budaya Jawa dapat digunakan sebagai bahan ajar BIPA yang sangat bermanfaat bagi pemertahanan eksistensi budaya Jawa dan sebagai sumber inspirasi bagi orang asing dalam memahami budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa. Kata kunci: kearifan lokal, budaya Jawa, bahan ajar, pemelajar BIPA Pendahuluan Budaya Jawa mempunyai peranan penting dalam budaya Indonesia, termasuk bahasanya. Bahasa Jawa menjadi salah satu pendukung atau pemerkaya bahasa Indonesia. Tidak sedikit kosakata bahasa Jawa menjadi warga bahasa Indonesia. Untuk itu, tidak berlebihan jika bangunan bahasa Indonesia ditopang oleh bahasa Jawa. Salah satu aspek penting yang tak terpisahkan dari budaya adalah kearifan lokal. Haryati Soebadio berpendapat bahwa kearifan lokal merupakan suatu identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Sementara, Moendardjito mengatakan bahwa unsur budaya daerah berpotensi sebagai kearifan lokal karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-cirinya adalah 1. mampu bertahan terhadap budaya luar, 2. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar, 3. mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli, 4. mempunyai kemampuan mengendalikan, dan 5. mampu memberi arah pada perkembangan budaya
(Ayatrohaedi, 1986:40).
a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam pemelajaran dan sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada pemelajar. b. Pedoman bagi pemelajar yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam pemelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya. c. Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.
Jadi, bahan ajar dibuat sebagai sarana untuk meningkatkan kemahiran berbahasa pemelajar, sehingga pemelajar menguasai materi tersebut dan berkompeten sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasainya. Untuk itu, keterampilan berbahasa yang merupakan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran harus menjadi tujuan utama dalam proses ini.
1. Orang Jawa melakukan upacara wiwitan sebelum panen padi sehingga ada pelajaran untuk membiasakan memilih benih unggul buatannya sendiri sebelum dilakukan pemanenan padi yang akan diperjualbelikan atau untuk konsumsi. Menyiapkan benih unggul adalah sangat penting bagi keberlanjutan usaha tani. 2. Di desa-desa masa lalu Jawa selalu ada tempat yang disebut punden berupa hutan lebat dan disampingnya adalah makam. Segala jenis tanaman yang tumbuh di punden tidak boleh diganggu keberadaannya kecuali untuk dilestarikan dan dikembangkan. Punden biasanya memberi manfaat pada kelestarian sumber air dan ketersediaan plasma nutfah lokal. 3. Petani Mataraman tempo dulu wajib untuk membudidayakan tanaman terpadu yang berupa kombinasi jenis oyod-oyodan, kekayon, gegodhongan, kekembangan, woh-wohan, dan gegedhangan. Jika hal tersebut dilakukan maka kebutuhan pangan, bahan bakar, perumahan, obat-obatan, dan harum-haruman akan dapat dipenuhi dari lingkungannya sendiri. 4. Penyuburan tanah dan tanaman serta pengendalian hama-penyakit tanaman biasa dilakukan dengan memanfaatkan doa, lelaku dan menggunakan alat dan bahan hayati lokal. 5. Masyarakat pedesaan biasa memanfaatkan tanaman-tanaman lokal untuk berbagai keperluan adat, kesehatan, asesoris, dan lain-lain. 6. Masyarakat desa yang masih memiliki hutan, biasa menanam aneka tanaman umbi-umbian yang dapat tumbuh subur tanpa harus menebang pohon di atasnya. 7. Masyarakat biasa menanam aneka tanaman koro-koroan untuk penyubur tanah dan sumber pangan kaya protein. 8. Orang Jawa memantang membakar tanaman kelor yang setelah diteliti ternyata tanaman kelor akan kehilangan unsur hara penyubur daun bila dibakar. 9. Orang desa biasa mengolah hasil umbi-umbian untuk berbagai keperluan dengan tanpa pewarna, pengawet, dan bumbu penyedap karena ternyata unsur unsur tersebut sudah ada secara alami. 10. Pesan nenek moyang, jika ingin kuat bertahan hidup maka kita harus menanam aneka tanaman yang sifatnya uripan, Jika ingin berdiri kokoh maka kita harus bertanam oyod-oyodan atau umbi-umbian.
Penutup ♦ Ayatrohaedi.1986. Kepribadian Budaya Bangsa (local Genius.,Jakarta: ♦ Duryatmo, Sardi. 2010. “Kalender Warisan Leluhur”. Jakarta: Trubus ♦ Hoed, Benny H. 2008. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: ♦ Mayani, Luh Anik. 2008. “Kemanfaatan Bahan Ajar BIPA Tingkat ♦ Mustakim. 2003. “Peranan Unsur Sosial Budaya dalam Pengajaran ♦ Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama ♦ Sartini. 2004 “Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian ♦ Shaw, Rajib, Noralene Uy, dan Jennifer Baumwoll. 2008. “Kearifan ♦ Sutarto, Ayu. 2010. “Kearifan Lokal untuk Pembelajaran Bahasa dan ♦ The Common European Framework of Reference for Languages. ♦ Widjajaputra, Bima. 2008. ”Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis ♦ Widiyanto, Hidayat. 2010. “Penguatan Lembaga Bahasa Indonesia bagi ♦ Widiyanto, Hidayat. 2011. “Kearifan Lokal sebagai Bahan Ajar Bahasa
Biodata Pemakalah |














