Makalah Komisi - C - (#28) |
Kesadaran Pandum Dan Laku : Oleh: Dr. F.X. Rahyono, M.Hum. ABSTRAK
1. Lauwamah 2. Amarah 3. Sufiah 4. Mutmainah
Keberadaan empat jenis nafsu perwatakan manusia tersebut memberikan petunjuk bahwa setiap manusia memiliki sifat-sifat baik dan buruk. Kearifan dan ketidakarifan hadir berdampingan di sepanjang perjalanan hidup manusia. Watak manusia yang beranekaragam merupakan dunia kehidupan yang dihadapi oleh setiap orang dalam melangsungkan kehidupannya dalam bermasyarakat. Untuk menghadapi nafsu-nafsu tersebut, manusia dibekali dengan kemampuan-kemampuan yang membuat manusia mampu mengendalikan keempat nafsu yang ada pada dirinya. Kemampuan tersebut adalah pangaribawa, yakni daya pemikiran/cipta, prabawa, yakni daya penalaran, dan kamayan, yakni kemampuan menggunakan akal budi.
1. bisa ngrumangsani (aja rumangsa bisa nanging bisaa ngrumangsani) 2. manungsa mung sadrema nglakoni,
b) pengendalian diri sesuai kompetensi diri
1. duga prayoga 2. nguler kambang, satitahe 3. lila legawa
c) tindakan yang bertentangan dengan kompetensi diri 1. durung pecus kaselak besus 2. keladuk wani kurang deduga 3. kegedhen empyak kurang cagak 4. dahwen ati open 5. diwenehi ati ngrogoh rempela 6. ketepang ngrangsang gunung
Proposisi yang berbunyi bisa ngrumangsani ‘mampu mengukur kompetensi diri’, atau yang hadir dalam versi lengkap aja rumangsa bisa nanging bisaa ngrumangsani ‘jangan menganggap diri mampu, tetapi hendaknya mampu mengukur kemampuan diri’, mengajarkan kepada siapa pun yang mau memahaminya untuk bersikap sportif. Jika seseorang diberi kemampuan (kompetensi) dalam bidang masak-memasak, bercita-citalah menjadi master chef, jangan tergoda menjadi seorang politikus walaupun peluang dan tawaran ada di depan mata. Jika seseorang diberi karunia yang membuatnya memiliki kemampuan untuk mendidik orang, hendaknya tetap mengembangkan dirinya sebagai seorang pendidik, bukan memaksakan diri untuk berbisnis, mencari keuntungan material.
1. Kearifan budaya (lokal) merupakan pembentuk identitas yang 2. Kearifan budaya lokal bukan sebuah keasingan bagi pemiliknya. 3. Kearifan budaya lokal mampu menumbuhkan harga diri dan percaya Daftar Pustaka ♦ Christomy, T & Untung Yuwono. 2004. Semiotika Budaya. Depok: ♦ Cruse, D. Alan. 2000. Meaning in Language: An Introduction to ♦ Hudson, R.A. 1990. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge ♦ Kramsch, Claire. 1998. Language and Culture. Oxford: Oxford ♦ Mangkunagoro IV, K.G.P.A.A. 1979. Terjemhan Wedhatama. ♦ Masinambow, E.K.M. 2004. “Teori Kebudayaan dan Ilmu ♦ Padmosoekotjo, S. Ngengrengan Kasusastran Djawa. Djilid I—II. ♦ Peursen, C.A. van. 1976. Strategi Kebudayaan. Terjemahan: Dick ♦ Rahyono, F.X. 2005. “Kearifan dalam Bahasa: Sebuah Tinjauan ♦ …… 2009. Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widya ♦ Rahyono, F.X., Ratnawati Rachmat, Karsono H. Saputra. 2009. ♦ Rahyono, F.X. 2011, “Othak-athik Gathuk, Ora Tinemu ing Nalar: ♦ Siswoharsojo, Ki. 1954. Pakem Makutarama. Ngajogyakarta: jajasan
|