| Kumpulan Artikel |
| Tiga Prasasti Masa Balitung - Halaman : 09 / 14 |
|
19. han [1], layarlayar [2], udang, halahala [3] dan telur. Adapun yang dijadikan sayur disediakan dua ekor lembu dan seekor kambing (yang) dijadikan masakan, sama enaknya dengan amwil lamwil (?) kasyan (?) kwĕlan (?), piniṅka (?). Sayuran20. ada rumwarumwaḥ [4], kuluban [5], ḍuḍutan [6], tetis [7]. Adapun minuman keras yang diminum ada tuak, siddhu [8] ada jātirasa [9] dan air kelapa. Adapun (yang) akan ditarikan ada mapaḍahi [10], marĕggaŋ [11] (bernama) si Catu ayahnya Kriyā, mabrĕkuk [12] (bernama) si
IIIb. 1. Warā ayahnya Bhoga. (Mereka) diberi sehelai bebed dan emas 1 māsa masing-masing/ / Mūlapañjut [13] 4 orang, yaitu si Mā ayahnya Kutil, si Maṅol, si Sāgara, si Mandon, diberi emas 1 māsa masing-masing. Mulawuai [14] 2. (bernama) si Māri diberi emas 1 kupang pelawak (bernama) si Paracan diberi perak 4 māsa. Penjual beras yang lewat (pada tempat upacara) dihadang, orang dari Tuṅgalaṅin (yang) menuju pasar di Siṇḍiṅan berjumlah 4 orang, yaitu si 3. Antyan, si Rampal, si Surat dan si Arani. Tuluŋ tutu [15] dari (desa) Tiru Rāṇu dan dari (desa) Sarupsu berjumlah 3 orang, yaitu si Biddhi, si Kyaiŋ, si Goḍa, masing-masing diberi perak 1 kupang// Makan dan minumlah saŋ patih, wahuta dan
5. nyatanya sudah bersih tidak bercela, tetap teguh desa di Paṅgumulan yang termasuk wilayah Puluwatu, yang diberi batas oleh saŋ wahuta hyaŋ kudur dengan para para juru bicara semua, agar śīma rakryān i Wantil pu Pālaka 6. dengan istrinya Dyaḥ Prasāda serta ketiga anaknya, yaitu pu Palaku, pu Gowinda dan pu Waṅi Tamuy, (sebagai) jasa mereka bagi bhaṭāra dan bhaṭārī di Kinawuhan, (akan) tetap teguh sampai akhir jaman. Apabila ada orang merusak, ba- 7. rang siapa (yang) mengusikusik ini tanah perdikan di desa Paṅgumulan yang termasuk wilayah Puluwatu, apalagi jika melenyapkannya, seperti lamanya bulan berada di angkasa menerangi dunia, akan demikian lamanya menemui 8. pañcamahāpātaka [16]. Penulis prasasti ialah (si Manĕsĕr dari) Watu Warani, (si Parbwata dari) Dharmmasinta (dan si Gowinda dari) Halaŋmanuk/ / o / / Selamat! tahun Śaka telah berlangsung 825 tahun, bulan Bhadrawāda, tanggal 4 paro-gelap, pada hari Wurukuŋ (paringkelan), kaliwuan (pasaran) 9. hari senin (perhitungan 7 hari) [17]. Pada waktu itu Rakryān i Wantil pu Pālaka suami istri dengan istrinya Dyaḥ Prasāda serta ketiga orang anaknya, yaitu pu Palaku, pu Gowinda dan Dyaḥ Waṅi Tamuy menebus 10. tanah para rāma di Paṅgumulan yang tergadai, (berupa) kebun bernama di Siddhayoga. Dan sawah di Panilman dibeli seharga tiga kāti perak dari Ḍapunta Prabhu 11. dan Ḍapunta Kaca. Yang menerima perak itu saŋ tuha kalaŋ [18] dari Paṅgumulan (bernama) si Tuḍai ayahnya Be, saŋ gusti (bernama) si Bloṇḍo, winkas (bernama) si Wudĕl ayahnya 12. Daimoḥ, rāma maratā (bernama) pu Dharmmī, pu Ramanī, si Uñju, si Tiḍu, saŋ huluwras (bernama) si Ratni, jātaka [19] (bernama) si Sunī. Saksi dalam hal ini adalah saŋ marhyaŋ saŋ daksina [20] (bernama) 13. Ḍapunta Mūrtti, pasiṅir [21] (bernama) si Glo ayahnya Kucū, Dapunta Tiwī. Penulis (prasasti) adalah saŋ Karamwa.[1]Di daerah cirebon, istilah rumahan masih dipakai untuk menyebut ikan kembung. [2]Dalam kamus Mardiwarsito, layarlayar berarti cumi-cumi. Tetapi pada umumnya dalam prasasti untuk cumi-cumi dipergunakan istilah ĕnus yang juga masih dipakai dalam bahasa Jawa Baru. Jika ditinjau dari sudut etimologi, kemungkinan besar yang dimaksud dengan layarlayar ini adalah penyebutan untuk ikan layur atau mungkin juga "ikan terbang". [3]Karena dimasukkan ke dalam golongan ikan, mungkin halahala juga adalah nama sejenis ikan. [4]Dilihat dari konteksnya, kata rumwarumwaḥ mempunyai arti yang sama dengan rumbah di dalam bahasa Sunda yaitu lalap. [5]Kuluban adalah lalap yang telah dimasak/direbus. [6]Ḍuḍutan adalah sejenis lalap mentah yang diambil dengan cara di'dudut' atau dicabut dengan akar-akarnya. Misalnya: selada, genjer. [7]Sejenis sambal atau petis (?). [8]Sejenis minuman keras. [9]Sama dengan di atas, jātirasa pun merupakan sejenis minuman keras. [10]Mapaḍahi adalah penabuh gendang (Kunst, 1927: 10). [11]Marĕggaŋ adalah pemimpin dari para penabuh gamelan (Kunst, 1927: 11). [12]Mabrĕkuk ialah juru kemong (Kunst, 1927: 11).[48] [13]Di dalam kamus Mardiwarsito kata mūla berarti permulaan, sedangkan pañjut berarti lampu. Jadi yang dimaksud dengan mūlapañjut adalah orang yang bertugas menyiapkan lampu pada waktu upacara penetapan śīma. [14]Mūlawuai ialah orang yang tugasnya menyediakan air selama upacara berlangsung. Berasal dari kata mūla = permulaan dan wuai = air). [15]Tuluŋ tutu adalah orang-orang yang menolong menumbuk padi untuk keperluan upacara penetapan śima [16]Pañcamāhāpataka ialah lima macam dosa besar. Dari prasasti Mantyāsiḥ yang berangka tahun 829 Śaka (Brandes, 1913: 242; Stutterheim, 1927) dapat diketahui bahwa perbuatan yang termasuk ke dalam pañcamāhāpataka adalah:a. membunuh seorang brahmana,b. melakukan lamwukanyā (?),c. durhaka kepada guru,d. membunuh janin dane. berhubungan dengan orang yang melakukan keempat kejahatan di atas. [17]. Sama dengan tanggal 13 September tahun 903 Masehi (Damais, 1955: 177). [18]Tuha kalaŋ ialah pemimpin dari tukang kayu. [19]Jātaka ialah pendeta yang mempelajari tentang perhitungan-perhitungan astrologi yang dihubungkan dengan kelahiran (Stutterheim, 1934: 87 cat. 5). [20]Belum jelas apa yang dimaksud dengan saŋ marhyaŋ saŋ dakṣiṇa. Menurut Stutterheim, marhyaŋ berarti penjaga bangunan suci (Stutterheim, 1934: 101). Sedangkan dakṣiṇa mempunyai beberapa arti, antara lain kanan, selatan. Mungkin yang dimaksud dengan saŋ marhyaŋ saŋ dakṣiṇa ialah penjaga bangunan suci yang bertempat di Selatan. [21]Belum diketahui apa tugas dan kewajiban dari seorang pasiṅir.
Sumber : http://epigraphyscorner.blogspot.com/search?updated-min=2014-01-01T00 |




























